Menelusuri Jejak Buddha di Candi Muarojambi



Ni Hao Ma

SP/Radesman Saragih
Situs Purbakala Candi Muarojambi yang hingga kini masih merana. Sebagian besar candi yang ditemukan rusak di kawasan situs itu hingga kini tidak diperbaiki karena tidak adanya dana. Gambar diambil baru-baru ini.

Situs Purbakala
Candi Muarojambi
pernah menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya

Situs Purbakala Candi Muarojambi di Desa Muarojambi, Kecamatan Mauarosebo, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi tak pernah lagi lepas dari perhatian umat Buddha. Setiap kali Hari Raya Waisak tiba, kompleks situs purbakala itu dijadikan pusat ritual umat Buddha.
Pada perayaan Hari Raya Waisak 2554 Buddhist Earth (BE) 2010, umat Buddha se-Provinsi Jambi melakukan prosesi di kompleks candi itu. Pendeta Buddha Majelis Budhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi, Romo Gunawan kepada SP di sela-sela puncak perayaan Hari Raya Waisak 2554 BE di Vihara Sakyakirti Kota Jambi, Jumat (28/5) menjelaskan, Candi Muarojambi tak terpisahkan dari perkembangan agama Buddha di Sumatera, khususnya di Jambi.
Karena itu setiap kali perayaan Waisak, kegiatan ritual umat Buddha selalu digelar di kompleks percandian itu. “Prosesi ritual Waisak kita gelar di Candi Muarojambi, Minggu (23/5) untuk mengawali perayaan Waisak 2554 BE 2010 di Jambi,” katanya.
Menurut Gunawan, Candi Muarojambi menorehkan sejarah panjang perkembangan agama Buddha di Jambi. Situs purbakala tersebut, merupakan salah satu monumen kebesaran Buddha di Indonesia.
Penyebaran agama Buddha di daerah itu diawali dari situs purbakala tersebut sekitar abad XI. Situs Purbakala Candi Muarojambi pertama kali ditemukan seorang militer Inggris, SC Crooke tahun 1823. Pemugaran situs purbakala itu dimulai oleh Pemerintah Indonesia tahun 1975.
Situs Purbakala Candi Muarojambi yang memiliki luas sekitar 2.062 hektare (ha) pernah menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya. Umat Buddha yang mengecap pendidikan di daerah itu datang dari berbagai negara yang menjadi pusat penyebaran dan perkembangan Buddha. Di antaranya Thailand, Tiongkok, dan India.
“Karena itulah kompleks percandian itu dijadikan pusat perayaan Waisak setiap tahun. Puncak perayaan Waisak se-Sumatera tahun 2007 dipusatkan di kompleks Candi Muarojambi. Ketika itu, tokoh-tokoh dan rohaniawan agama Buddha se-Sumatera hadir pada perayaan Waisak tersebut,” katanya.

Aset Budaya
Bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muarojambi dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi, Situs Purbakala Candi Muarojambi merupakan aset budaya dan pariwisata bernilai tinggi. Candi Muarojambi sangat layak dijual kepada wisatawan mancanegara, terutama wisatawan dari Thailand, Tiongkok, Taiwan, dan India.
Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin di Jambi baru-baru ini mengatakan, pihaknya sudah pernah mempromosikan Candi Muarojambi ke tingkat nasional dan internasional. Promosi itu dilakukan melalui pameran Candi Muarojambi di Bentara Budaya Jakarta dua tahun lalu. Kemudian situs purbakala itu juga masih tetap dipromosikan ke tingkat nasional dan internasional melalui pelaksanaan Festival Candi Muarojambi setiap tahun. [SP/Radesman Saragih] [Suara Pembaruan, Sabtu, 29 Mei 2010, Ni Hao Ma - Kesra)

Gema MTQ dari Kualatungkal




SP/Radesman Saragih
Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin memukul beduk raksasa tanda dimulainya MTQ ke-40 tingkat Provinsi Jambi di Kota Kualatungkal, Jambi, Senin (3/5) malam.

Nuansa religius sangat terasa di tengah kehidupan warga masyarakat Kota Kualatungkal, Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi selama sepekan ini. Ayat-ayat suci Alquran setiap malam menggema mengisi keheningan malam kota itu.
Gema ayat-ayat suci Alquran itu berasal dari lantunan suara qori dan qoriah di pentas Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-40 tingkat Provinsi Jambi yang berlangsung di kota pelabuhan pantai timur Jambi itu sejak Senin (3/5) hingga Senin (10/5).
Perhatian dan kegiatan masyarakat setempat juga terfokus pada seluruh pesta tahunan umat Muslim di daerah itu. Keseharian warga masyarakat kota perdagangan itu juga disibukkan dengan pelayanan terhadap sekitar 624 orang peserta MTQ. Maklum, sebagian besar peserta MTQ menginap di rumah 127 warga Kota Kualatungkal.
MTQ juga menjadi suatu momentum melakukan refleksi atau perenungan tentang pentingnya peran agama dan moralitas dalam kehidupan masyarakat dan pembangunan bangsa.

Memberi Hikmah
Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin pada pembukaan MTQ ke-40 tingkat Provinsi Jambi tersebut mengungkapkan, kegiatan ini memberikan cukup banyak hikmah atau manfaat untuk membangun kehidupan masyarakat yang bermoral dan agamais. Melalui moralitas dan kehidupan agamais yang baik, masyarakat akan dapat membendung nilai-nilai asing dan modern yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Salah satu tantangan kehidupan keagamaan yang harus dihadapi umat Muslim belakangan ini, yakni munculnya kelompok-kelompok tertentu yang berupaya melencengkan kebenaran Alquran. Ciri-ciri mereka ini, antara lain melakukan berbagai kegiatan yang tidak sesuai dengan ajaran Alquran.
Karena itu, lanjutnya, umat Muslim yang mengikuti MTQ jangan sekadar pendengar ayat-ayat suci Alquran. Melalui MTQ tersebut, umat Muslim diharapkan mampu menunjukkan nilai-nilai moralitas dan keagamaan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Jambi, Abdul Kadir Husein mengatakan, pembinaan nilai-nilai moralitas dan keagamaan di tengah masyarakat sangat penting di tengah beratnya tantangan kehidupan beragama di Indonesia.
Umat beragama, termasuk Islam sering terusik akibat seringnya muncul tafsiran yang sempit dan keliru mengenai ayat-ayat Alquran dan kehidupan keagamaan umat Islam. “Menghadapi kecenderungan itu sangat dibutuhkan pijakan yang kokoh, yaitu pemahaman terhadap Alquran sesuai dengan konteks ilmu pengetahuan,” katanya.
Secara terpisah, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi, Prof Dr H Mukhtar Latif, mengatakan, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Jambi merupakan karsa Ilahi.
“Alquran memberikan isyarat yang jelas bahwa segala yang Allah ciptakan di alam adalah untuk kemakmuran umat manusia,” katanya. [SP/Radesman Saragih](Suara Pembaruan, Sabtu, 8 Mei 2010, Faith and Life)

Kesadaran Lingkungan Dimulai dari Keluarga




SP/Radesman Saragih
Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort Jambi, Pdt John Ricky R Purba STh (jongkok, kiri) didampingi para anggota Majelis Jemaat GKPS Jambi menanam pohon untuk penghijauan di halaman GKPS Kota Jambi, baru-baru ini. Penanaman pohon tersebut untuk mendukung program penghijauan pemerintah.


Peningkatan kesadaran lingkungan di tengah masyarakat harus dimulai dari tengah keluarga. Jika keluarga tak memiliki kesadaran lingkungan, berbagai program pelestarian lingkungan yang dicanangkan pemerintah dan gereja tidak akan bisa terlaksana dengan baik.
“Hal ini sudah terbukti dari berbagai kegagalan program pelestarian lingkungan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, kata staf Pengajar Sekolah Tinggi Theologia (STT) Abdi Sabda Medan, Sumatera Utara, Pdt Jaharianson Saragih MSc PhD pada Sinode Resort GKPS Jambi di GKPS Jambi, Sabtu (27/3).
Menurut Jaharianson, salah satu program pelestarian lingkungan yang dilaksanakan gereja di Simalungun yang gagal total ialah penghijauan di wilayah hutan Girsang Simpangan Bolon, Kabupaten Simalungun. Program penghijauan tersebut dilaksanakan berkaitan dengan Jubileum (ulang tahun ke-50) Dewan Gereja Asia (The Christian Conference of Asia/ACC) yang dilaksanakan di Sumatera Utara, 4 – 10 Maret 2007. Penghijauan di Simalungun tersebut direncanakan menjadi Taman Gereja Asia. “Namun, kini program penghijauan itu tak berlanjut. Pohon-pohon penghijauan yang ditanam sebagian besar mati dan tinggal papan nama. Hal itu terjadi karena kurangnya kepedulian keluarga Simalungun terhadap pelestarian hutan di sekitar perkampungan mereka itu,” katanya.

Tahun Lingkungan Hidup
Dikatakan, program pelestarian lingkungan yang dilakukan GKPS berkenaan dengan Tahun Lingkungan Hidup GKPS 2010 tidak mustahil gagal total jika rasa dan aksi peduli lingkungan warga GKPS tidak benar-benar dibangkitkan. Dengan demikian, segenap warga GKPS di mana pun berada akan tetap mengawal program pelestarian lingkungan yang dicanangkan GKPS ataupun pemerintah. Menurut Jaharianson, perhatian dan kepedulian GKPS selama ini pada pelestarian lingkungan hidup cukup banyak. Namun, program-program pelestarian lingkungan hidup tersebut kurang berhasil secara maksimal.
Hal tersebut disebabkan kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap program-program pelestarian lingkungan yang dilaksanakan GKPS. Untuk itu, tambah Jaharianson, segenap kepengurusan GKPS di Indonesia harus memfokuskan kegiatan untuk pelestarian lingkungan.
“Kesempatan GKPS mendapatkan bantuan pemerintah dalam pelestarian lingkungan ini sangat terbuka. Alasannya, Program Tahun Lingkungan GKPS 2010 terkait erat dengan program pelestarian lingkungan yang dicanangkan pemerintah melalui moto satu orang satu pohon,” katanya. [141](Suara Pembaruan, Sabtu, 17 April 2010, Faith and Life)