3 Tahun GKPS Persiapan Tanah Kanaan Jambi

 Kesulitan Izin Tak Patahkan Semangat Membangun Gereja

 Porhanger (Ketua Majelis Jemaat) GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi, St JP Sidauruk memotong kue ulang tahun gereja pada pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). (Foto : Warna/Rds)
(Jambi/Warna) – Komplek Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru,  daerah pinggiran Kota Jambi yang biasanya sepi tampak meriah, Minggu (26/10/2014) siang. Sekitar 600 orang warga jemaat GKPS Resort Jambi larut dalam suka cita merayakan pesta Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan. 

Warga Jemaat GKPS Resort Jambi, khususnya warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan benar – benar merasakan suka cita pada perayaan HUT III GKPS baru di Kota Jambi itu karena kegiatan peribadahan dan pembangunan fisik gereja tersebut terus berjalan kendati proses pengurusan izin gereja itu hingga kini masih belum rampung. 

Kemeriahan pesta HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan sangat terasa mulai dari kebaktian, lelang, pengumpulan dana melalui tarian, makan bersama dan hiburan. Seluruh warga jemaat GKPS Jambi (Kotabaru), GKPS Persiapan Tanah Kanaan dan para undangan mengikuti ibadah dengan penuh sukacita kendati suasana di dalam dan di luar gereja terasa gerah. Ibadah yang dipimpin Pendeta (Pdt) GKPS Resort Jambi, Pdt JP Tamsar STh tersbut diiukuti seluruh warga jemaat dengan khidmat. 

Porhanger GKPS Jambi, St Drs GM Saragih MSi (Kiri) diampingi Ketua Pesta HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan, J Sinambela (dua dari kiri) bersama warga Jemaat GKPS Resort Jambi (GKPS Jambi Kotabaru dan GKPS Persiapan Tanah Kanaan) penuh khidmat mengikuti ibadah pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). (Foto : Warna/Rds)

Kebaktian pesta perayaan HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan tersebut bertambah semarak berkat penampilan Tim Paduan Suara Seksi Bapa GKPS Resort Jambi yang meraih juara II pada Pesparawi Seksi Bapa GKPS Distrik VI Riau, Minggu (12/10/2014), Vokal Grup Seksi Wanita GKPS Persiapan Tanah Kanaan dan Vokal Grup Seksi Pemuda GKPS Resort Jambi. 

Hiburan Menari 

Suasana kebersamaan dan suka cita semakin terasa pada pesta perayaan HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan ketika memasuki acara hiburan dan manortor (menari). Seluruh jemaat antusias menari sembari mengantarkan sumbangan kepada panitia. Iringan musik dan penyanyi JKR Grup Jambi yang fasih membawakan lagu-lagu Simalungun menambah semangat warga jemaat menari bersama. 
 
Pendeta (Pdt) GKPS Resort Jambi, Pdt JP Tamsar STh (kiri) menari bersama warga jemaat dengan penuh kebersamaan pada pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). (Foto : Warna/Rds)

Acara menari dalam pengumpulan dana pada pesta perayaan HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan tersebut berlangsung hampir empat jam. Seluruh jemaat dan undangan mulai dari anak-anak, pemuda dan orangtua secara bergantian menari dengan semangat. Kemudian penampilan Pdt JP Tamsar STh dan mantan Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt Afrijan Haloho STh menyanyikan beberapa buah lagu pada pesta HUT GKPS Persiapan Tanah Kanaan tersebut juga menambah meriahnya suasana pesta.

Kebersamaan juga terasa pada pesta perayaan HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan tersebut sewaktu makan bersama dan lelang. Warga jemaat menikmati makanan khas Batak (saksang dan sop) secara tertib. Kemudian warga jemaat juga cukup antusias member sumbangan melalui lelang makanan khas Simalungun, dayok nabinatur dan bahan lelang lainnya. 

Berjuang Terus

Porhanger (Ketua Majelis Jemaat) GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Sy JP Sidauruk pada kesempatan tersebut mengatakan, sejak berdiri mulai Minggu (23/10/2011), GKPS Persiapan Tanah Kanaan masih terus memperjuangkan pengurusan izin pembangunan gereja mereka. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mendapatkan izin membangun gereja tersebut namun hingga kini belum berhasil. Selain itu jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi juga masih terus berjuang membangun gereja kendati harus berhutang hingga ratusan juta. 

Kaum inang namatua (ibu yang menjadi sesepuh) GKPS di Jambi antusias menghadiri pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). Berkembangnya GKPS di Jambi termasuk salah satu buah perjuangan mereka selama menjadi jemaat GKPS di Jambi. (Foto : Warna/Rds)

Menurut St JP Sidauruk, perjuangan membangun GKPS Persiapan Tanah Kanaan sejak tiga tahun lalu cukup berat. Namun demikian, segenap jemaat, Pimpinan Majelis Jemaat dan Majelis Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan tidak putus asa (patah arang) untuk melanjutkan pembangunan gereja tersebut. 

“Melihat beratnya tantangan yang kami hadapi meneruskan pembangunan gereja dan pelayanan di GKPS Persiapan Tanah Kanaan hingga sekarang ini, kami juga sangat mengharapkan dukungan dari segenap warga jemaat GKPS Resort Jambi, GKPS Jambi sebagai gereja induk serta para simpatisan,”katanya. 

Sementara itu Ketua Majelis Jemaat GKPS Jambi, St Drs GM Saragih MSi pada kesempatan itu mengatakan, pembangunan gereja dan pengembangan Pekabaran Injil (pelayanan kerohanian) di GKPS Persiapan Tanah Kanaan harus dilakukan secara bertahap. Pola pengembangan jemaat seperti itu perlu dilakukan mengingat banyaknya keterbatasan GKPS di Jambi dalam pengembangan gereja. 

Baik itu keterbatasan kemampuan mempercepat pengurusan izin maupun keterbatasan dana. Karena itu segenap Pimpinan Majelis, Majelis dan warga Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan harus senantiasa kompak melaksanakan seluruh kegiatan pelayanan, kesaksian dan persekutuan di gereja tersebut. 

 

Ketua Majelis Jemaat (Porhanger) GKPS Jambi (Kotabaru), St Drs GM Saragih MSi. (Foto : Warna/Rds)

“Kebersamaan dan semangat juang membangun gereja di GKPS Persiapan Tanah Kanaan ini perlu terus dihidupkan agar GKPS Persiapan Tanah Kanaan bisa menjadi jemaat GKPS yang mandiri di Jambi. Kita harus berupaya sekuat kemampuan kita agar GKPS Persiapan Tanah Kanaan menjadi GKPS Tanah Kanaan tahun 2015,”katanya. 

Disiplin Pelayanan

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham) Provinsi Jambi, J Purba yang berbicara mewakili undangan pada kesempatan itu mengatakan, Dia optimis pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi bisa lebih cepat lagi dilakukan. Optimisme itu ada karena potensi yang bisa dimanfaatkan dalam percepatan pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan di Jambi sangat banyak. Baik potensi sumber daya manusia maupun potensi ekonomi. 

“Sekarang bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi itu lebih baik agar bisa menjadi penopang dalam pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan,”katanya. 

Pengumpulan dana melalui lelang makanan khas Simalungun, dayok binatur masih tetap mendapat respon positif jemaat pada pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). (Foto : Warna/Rds)

Dijelaskan, untuk memajukan pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan sangat dibutuhkan kedisiplinan. Para pimpinan majelis, majelis dan seluruh warga jemaat perlu bekerja secara disiplin melaksanakan seluruh kegiatan pelayanan agar target yang akan dicapai dalam pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan cepat tercapai. 

“Dalam berorganisasi, termasuk organisasi gereja, disiplin sangat dibutuhkan agar seluruh program kerja dapat dilaksanakan. Disiplin itulah yang harus dilakukan di GKPS Persiapan Tanah Kanaan agar berbagai tantangan pelayanan dapat teratasi,”katanya. 

Mantan Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt Afrijan Haloho STh yang kini menjadi Pendeta GKPS Resort Teladan Medan, Sumatera Utara menyumbangkan lagu hiburan pada pesta perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) III GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi di GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Jalan Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (26/10/2014). (Foto : Warna/Rds)

Sedangkan menurut Pdt JP Tamsar STh dalam khotbahnya pada ibadah pesta perayaan HUT III GKPS Persiapan Tanah Kanaan tersebut, pelayanan di gereja perlu dilakukan secara ikhlas dan tulus untuk kemuliaan Tuhan Allah. Melalui prinsip pelayanan seperti itu, kebersamaan dan persekutuan di tengah gereja akan dapat dipertahankan dan seluruh kegiatan pelayanan jemaat dapat dilaksanakan. 

“Kalau kita melayani di tengah-tengah gereja untuk mencari kemegahan diri dan untuk menyenangkan manusia, peningkatan pelayanan di tengah jemaat maupun pembangunan gereja akan sulit kita lakukan. Karena itu segenap warga jemaat, pimpinan dan majelis jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan perlu menerapkan prinsip pelayanan untuk kemuliaan Tuhan Allah, bukan untuk kepentingan manusia. Dengan demikian, apa pun tantangan yang kita hadapi dalam pelayanan akan bisa kita atasi secara bersama,”katanya. (Warna/Rds)

Peningkatan Kerukunan Beragama di Era Presiden Jokowi

Selamat atas Pelantikan 
Joko Widodo (Jokowi) & Jusuf Kalla (JK) 
Menjadi Presiden RI VII
Jakarta, Senin, 20 Oktober 2014

  
 Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2014 - 2019
Hasil Pemilihan Presiden Langsung, 9 Juli 2014. (Foto : Ist)

Rakyat Indonesia benar-benar berpesta hari ini, Senin (20/10/2014) menyambut dan merayakan pelantikan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) VII. Pesta rakyat tersebut dilakukan rakyat Indonesia di seluruh penjuru Nusantara.  Ada yang merayakan pelantikan Presiden dan Wakil  Presiden, Jokowi - JK dengan konvoi keliling kota dan banyak juga yang merayakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pilihan rakyat periode 2014 - 2019 tersebut dengan pesta rakyat seperti pesta Salam Tiga Jari di Monas, Jakarta, Senin (20/10/2014) malam. 

Tentunya pesta tersebut semuanya merupakan ungkapan hati rakyat Indonesia yang paling dalam karena suara rakyat berhasil memilih Presiden dan Wakil Presiden RI  baru. Presiden dan Wakil Presiden RI baru tersebut tentunya diharapkan juga membawa harapan dan perubahan baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi umat Kristen di Indonesia. Harapan baru umat Kristen di Indonesia terhadap Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi - JK terutama mengenai adanya perubahan kehidupan baru di kalangan umat beragama. 

Umat Kristen di Indonesia berharap semakin ada jaminan kebebasan beribadah dan membangun rumah ibadah yang disertai dengan meningkatnya toleransi kehidupan umat beragama. Toleransi beragama tersebut menjadi kunci utama terciptanya kerukunan umat beragama, karena melalui toleransi tersebut, seluruh umat beragama di Indonesia akan menjadi saling menghargai, saling menolong dan saling pengertian seperti sahabat karib yang mempu menjalin rasa persaudaraan sejati. 


Pembangunan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Syaloom Aur Duri Kota Jambi
yang Terbengkalai  Akibat Dihentikan Pemerintah Kota Jambi sejak 2011. Warga HKBP Berharap Pembangunan Gereja Tersebut Bisa Dilanjutkan di Era Presiden dan Wakil Presiden Jokowi - JK. (Foto : Warna/Rds)

Mampukah Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi - JK mewujudkan impian umat Kristen Indonesia tersebut di masa mendatang, Jawabannya tentu mampu asalkan para wakil rakyat yang telah dipilih rakyat dan kini duduk di DPRD dan DPR RI benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat, bukan menjegal kebijakan - kebijakan pemerintahan baru. 

Salah satu kepastian yang bisa kita jadikan pegangan tentang kemampuan Jokowi - JK membangun dan meningkatkan kerukunan beragama di Tanah Air di masa mendatang bisa disimak dari sambutan Presiden Jokowi seusai mengucapkan sumpah dan janji menjadi Presiden di Gedung MPR RI, Jakarta, Senin, 20 Oktober 2015. 

Berikut petikan sambutan Presiden Jokowi tersebut :

Salam sejahtera untuk kita semuanya
Om swastiastu namo buddhaya

Yang saya hormati, pimpinan dan seluruh anggota MPR
Yang saya hormati, Wakil Presiden
Yang saya hormati, Bapak BJ Habibie, Presiden ketiga RI
Yang saya hormati, Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima RI
Yang saya hormati, Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden keenam RI
Yang saya hormati, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Kesembilan RI
Yang saya hormati, Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia keenam
Yang saya hormati, Boediono, Wakil Presiden kesebelas RI
Yang saya hormati, Ibu SInta Nuriyah Wahid
Yang saya hormati, rekan dan sahabat baik saya, Prabowo Subianto dan
Hatta Rajasa
Yang saya hormati, yang mulia kepala negara dan pemerintahan dan
utusan khusus negara sahabat
Para tamu undangan yang saya hormati, saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air

Hadirin yang saya muliakan,
Baru saja kami, Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengucapkan sumpah. Sumpah itu memiliki makna yang amat dalam, komitmen bekerja keras mencapai cita-cita bersama sebagai bangsa yang besar. Ini saatnya menyatukan hati dan tangan, ini saatnya bersama sama melanjutkan sejarah berikutnya, yakni mencapai kejayaan indonesia di bidang politik dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Saya yakin beban sejarah yang mahaberat ini akan dapat kita pikul bersama dengan persatuan, dengan gotong royong, dengan kerja keras. Persatuan dan gotong royong sangat menjadi bekal untuk menjadi bangsa besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan
dan keterpecahan. Dan kita tidak akan betul-betul merdeka tanpa kerja keras.

Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok tanah air merasakan pelayanan pemerintahan. Saya mengajak seluruh lembaga negara untuk bekerja dengan semangat yang sama  dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.  Saya yakin, negara ini akan makin kuat dan berwibawa jika seluruh lembaga negara bekerja sesuai mandat yang diberikan konstitusi kita.

Kepada para nelayan, buruh, petani, para pedagang pasar, para pedagang asongan, sopir, akademisi, TNI, Polri, pengusaha, dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong royong, karena ini lah momen bersejarah bagi kita semua
untuk bergerak bersama-sama untuk bekerja, untuk bekerja, dan bekerja.

Hadirin yang mulia,
Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri. Kita ingin jadi bangsa yang menyusun peradaban sendiri, bangsa yang kreatif, yang bisa mengembangkan peradaban global. Kita harus bekerja sekeras-kerasnya,
bahu-membahu. Sebagai negara maritim, samudra, laut, selat dan teluk adalah masa peradaban kita.

Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga 'Jalesveva Jayamahe', di laut justru kita jaya, sebagai semboyan kita di masa lalu bisa kembali.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Kerja besar dalam bangsa memang tidak mungkin dilakukan sendiri oleh presiden dan wakil presiden ataupun jajaran pemerintah yang saya pimpin. Tapi membutuhkan topangan kekuatan bersama, kekuatan yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.

Lima tahun ke depan jadi momentum yang tepat bagi kita sebagai bangsa yang merdeka. Oleh sebab itu, bekerja, bekerja, dan bekerja adalah yang utama. Saya ingin bekerja keras dan gotong royong. Kita akan mampu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia meningkatkan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial .

Saudara sebangsa dan setanah air,
Atas nama rakyat dan pemerintahan Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada yang mulia kepala negara, kepala pemerintahan dan utusan khusus  dari negara sahabat.

Saya ingin menegaskan bahwa pemerintahan saya indonesia sebagai negara terbesar ketiga, dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara akan terus menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, yang diartikan untuk kepentingan nasional dan
untuk menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya atas nama pribadi, atas nama wakil presiden M. Jusuf Kalla, atas nama bangsa Indonesia, menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama 5 tahun terakhir.

Hadirin yang saya muliakan,
Mengakhiri pidato saya ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang diutarakan oleh Presiden pertama RI Soekarno bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara yang kuat, negara yang makmur, kita harus memiliki jiwa cakrapatih samudra , jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan
hempasan ombak yang menggulung.

Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal RI dan berlayar bersama menuju Indonesia raya. Kita akan mengembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudra dengan kekuatan kita sendiri.
Dan saya akan  berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya luhur kita bersama.

Assalamaulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga Tuhan memberkati, om shanti shanti om namo buddhaya. 



Kedekatan hubungan antara tokoh/pemimpin agama dengan  para pemimpin pemerintahan di daerah memiliki pengaruh besar dalam upaya penciptaan kerukunan hidup beragama.Ketua Umum Persekuruan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pusat, AA Yewangoe (kiri) ketika dijamu Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (kabab) di rumah dinas Gubernur Jambi seusai pelaksanaan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI Wilayah Jambi di Jambi, 28 Maret 2011. (Foto : Warna/RSM)

Menggugat Peranan Gereja dalam Penanggulangan Asap di Sumatera



Ketua Pemuda GKPS Kotabaru Jambi, Ronald Purba (berdiri) ketika membagikan masker kepada warga jemaat pada Pesta Olob-olob (Suka Cita) GKPS Resort Jambi memperingati 111 Tahun Pekabaran Injil (PI) di daerah Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) di GKPS Kotabaru Jambi, Minggu (28/9/2014). (Foto : Warna/RSM)

(Warna/Jambi) – Kaum ibu-ibu yang membawa anak – anak bayi lima tahun (balita) tampak kerepotan ketika mengikuti ibadah di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Kotabaru Jambi, Minggu (12/10/2014) pagi. Konsentrasi mereka mengikuti ibadah agak terganggu karena kerepotan mengipas – ngipas wajah bayi. Mereka berupaya menghalau asap tebal yang masuk ke geraja agar bayi mereka tidak sampai menghirup asap tersebut.

Kerepotan hidup menghadapi bencana asap tersebut juga dialami sebagian warga jemaat GKPS Jambi ketika pelaksanaan Pesta Olob-olob (Suka Cita) GKPS Resort Jambi memperingati 111 Tahun Pekabaran Injil (PI) di daerah Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) di GKPS Kotabaru Jambi, Minggu (28/9/2014). Ketika itu, pihak pimpinan Gereja terpaksa membagikan masker kepada warga jemaat dalam kebaktian karena asap tebal masuk sampai ke dalam gereja.
Asap kebakaran lahan dan hutan yang menyelimuti Kota Jambi dilihat dari halaman GKPS Kotabaru Jambi, Minggu (28/9/2014). (Foto:Warna/RD)

Tentunya kerepotan hidup akibat asap tebal tersebut juga dialami segenap umat Kristen di Kota Jambi. Kerepotan itu bukan hanya karena gangguan asap terhadap kegiatan sehari-hari. Asap tebal juga mengganggu kesehatan warga Kristen seperti yang dialami sebagian besar warga masyarakat di Jambi. Gangguan kesehatan tersebut terutama merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), flu, demam dan penyakit lainnya. Gangguan kesehatan akibat asap tersebut membuat anak-anak banyak yang sakit dan terpaksa berobat, sekolah – sekolah diliburkan.

Warga Gereja Terlibat

Kendati asap tebal yang berasal dari kebakaran lahan dan hutan menyelimuti Kota Jambi, beberapa kabupaten, termasuk juga beberapa daerah wilayah Provinsi Riau dan Sumatera Selatan, namun tak banyak upaya yang bisa dilakukan berbagai pihak menanggulangi bencana asap tersebut.

Pemerintah tak bisa berbuat banyak mencegah dan menanggulangi bencana asap tersebut. Pihak Gereja sendiri pun hanya bisa pasrah menghadapi bencana asap tersebut. Pemerintah dan Gereja hanya bisa memberikan masker untuk melindungi masyarakat dari ancaman penyakit ISPA.
Asap tebal akibat kebakaran lahan dan hutan menyelimuti Kota Jambi membuat warga banyak menggunakan masker ketika mengendarai sepeda motor. Tampak pengendara sepeda motor menggunakan masker ketika melintas di tengah asap, Jalan Haji Agus Salim, Kotabaru, Kota Jambi, Jumat (10/10/2014). (Foto: Warna/Rds)

Ketidak-mampuan pemerintah menanggulangi bencana asap di Jambi dan di beberapa provinsi di Sumatera sebenarnya banyak dipengaruhi sikap Gereja sendiri yang kurang peduli terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.

Dikatakan demikian karena pada kenyataannya, kebakaran lahan dan hutan di Jambi dan di beberapa daerah di Sumatera melibatkan oknum-oknum pengusaha dan petani yang notabene adalah warga Gereja. Mereka membuka dan membersihkan  dan membuka perkebunan kelapa sawit dengan cara membakar.

Faktanya terungkap dari kasus-kasus penangkapan pelaku pembakara lahan dan hutan di Jambi yang melibatkan warga yang merupakan warga Gereja. Keterlibatan warga Gereja dalam pembakaran lahan dan hutan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut banyak dipengaruhi minimnya upaya Gereja dalam melakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.
Kabut asap tebal yang menyelimuti Kota Jambi selama sebulan ini menyebabkan transportasi air di Sungai Batanghari juga ikut lumpuh. Tampak suasana di pelabuhan Angso Duo, Sungai Batanghari, Kota Jambi sepi dari kegiatan kapal penumpang dan barang akibat asap. Gambar diambil Selasa (30/9/2014). (Foto : Warna/Rds)

Gereja-gereja di Jambi dan daerah lain di Sumatera masih jarang melakukan penyuluhan –penyuluhan bagi warganya agar tidak melakukan pembakaran dalam pembersihan dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Menurut catatan Warna juga, Gereja-gereja dari berbagai denominasi masih jarang menyelenggarakan semacam seminar atau ceramah mengenai bahaya kebakaran lahan dan hutan.

Anggota Perutusan Synode Bolon (Sidang Raya) GKPS asal Jambi, St Drs GM Saragih MSi mengatakan, pihak GKPS Pusat sendiri belum memberikan perhatian terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan yang terjadi setiap tahun di Sumatera. Usul – usul sudah sering disampaikan mengenai perlunya sosialisasi pencegahan kebakaran lahan dan hutan di tengah GKPS di Sumatera, terutama di daerah Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Namun usul tersebut tidak ditindaklanjuti. Sampai sekarang pun masih jarang adanya kegiatan gereja-gereja GKPS, termasuk di Jambi terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.

Turut Bertanggung Jawab

Sebenarnya Gereja turut juga bertanggung jawab terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan. Masalahnya, warga Gereja di Jambi, Riau dan Sumatera Selatan dan daerah lain di Sumatera banyak yang berusaha di bidang perkebunan kelapa sawit. Tidak tertutup kemungkinan warga Gereja yang berusaha di bidang perkebunan kelapa sawit juga turut melakukan pembakaran dalam pembersihan dan pembukaan lahan. Dengan demikian warga Gereja yang membuka kebun sawit dengan cara membakar juga turut menjadi pelaku terjadinya bencana asap. Padahal bencana asap tersebut juga menimbulkan kerugian bagi umat Kristen. 

Tugas penting yang bisa dilakukan Gereja dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan serta bencana asap, yakni melakukan pencerahan kepada para warga Gereja yang berkebun sawit agar tidak melakukan pembakaran dalam pembukaan maupun pembersihan kebun sawit. Pencerahan ini penting agar para petani sawit dari kalangan umat Kristen tidak semata-mata mengejar keuntungan, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan serta kesehatan manusia. 

Kalau Gereja masih abai terhadap sosialisasi pencegahan dan  penanggulangan kebakaran lahan dan hutan yang selalu menimbulkan bencana asap tersebut, warga Gereja akan semakin banyak bakal menjadi pesakitan akibat tertangkap membakar lahan dan hutan untuk membuka maupun membersihkan kebun sawit. 


Warga jemaat GKPS Kotabaru Jambi dan GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi mengikuti ibadah Pesta Olob-olob (Suka Cita) GKPS Resort Jambi memperingati 111 Tahun Pekabaran Injil (PI) di daerah Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) di tengah kepungan asap tebal di halaman GKPS Kotabaru Jambi, Minggu (28/9/2014). (Foto : Warna/RSM)
Dikatakan demikian karena jajaran keamanan di Jambi, termasuk daerah lain di Sumatera terus meningkatkan penegakan hukum dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan. Selama terjadinya bencana asap dan kebakaran lahan dan hutan di Jambi dua bulan terakhir, jajaran kepolisian daerah (Polda) Jambi. 

Kapolda Jambi, Brigjen Pol Bambang Sudarisman mengatakan, pihaknya akan terus bertindak tegas terhadap para pembakar lahan dan hutan. Hal itu dilakukan untuk memberantas kasus-kasus kebakaran lahan dan hutan. Jajaran Kepolisian Resor (Polres) Sarolangun misalnya telah menangkap enam orang pembakar lahan di Dusum Dam Siambang, Desa Pemusiran, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Rabu (1/10/2014). 

Para pembakar lahan dan hutan tersebut sebagian adalah warga Gereja. Empat orang tersangka pembakar lahan dan hutan tersebut, masing – masing Sd (37), Ps (39), Hn (25) dan Pn (31), warga Sarolangun dan dua orang lainnya, Ed (47) dan Ab (19), warga asal Kota Pekanbaru, Riau. Selain menahan para tersangka, polisi setempat juga menyita barang bukti satu unit mobil jenis Taft Rocky, korek api, parang dan cangkul. Polres Batanghari menangani dua kasus pembakaran lahan dan hutan. Sedangkan Polres Tanjungjabung Timur, Polres Tanjungjabung Barat dan Polres Tebo masing-masing menangani satu kasus pembakar lahan dan hutan. 

Menurut Kapolda Jambi, kasus pembakaran lahan dan hutan yang ditangani kepolisian di Jambi hingga Oktober ini sebanyak 13 kasus. Kasus pembakaran lahan dan hutan di Batanghari dengan tiga orang tersangka dan di Tanjungjabung Barat dengan delapan orang tersangka sudah dilimpahkan kepada pihak kejaksaan. Mudah – mudahan penegakan hukum yang kami lakukan bisa menekan kasus pembakaran lahan dan hutan di Jambi.
Suasana Kota Jambi yang diselimuti asap tebal dari kebakaran lahan dan hutan, tampak dari depan Gereja Methodist Indonesia (GMI) Jl Kol. M Kukuh, Paal V, Kotabaru, Kota Jambi.  Sabtu (11/10/2014). (Foto:Warna/Rds)
Jadi kalau warga Gereja yang berkebun sawit tidak hati-hati dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan dalam pembukaan maupun pembersihan kebun sawit, tak mustahil jumlah warga Gereja yang tertangkap dan diproses secara hukum akibat kasus pembakaran lahan dan hutan akan terus bertambah. Bila ini terjadi, tentunya hal tersebut mempermalukan Gereja sendiri. Warga Gereja yang sebenarnya juga menjadi korban bencana asap kebakaran lahan dan hutan, ternyata penyebab bencana asap tersebut juga melibatkan warga Gereja. Ini suatu ironi yang perlu disikapi Gereja. Semoga. (St R Saragih, GKPS Jambi)