Hilangkan Gaya “One Man Show” dalam Pelayanan Gereja






Pendeta GKPS Batam, Pdt SA Purba STh (nomor empat dari kanan berdiri) mewakili Pimpinan Pusat GKPS memimpin Synode GKPS Resort Jambi di GKPS Jambi, Sabtu (28/3/2015). (Foto: Warna/Sy Rosenman SM)

Synode GKPS Resort Jambi


 (JAMBI/Warna) – Pelayanan di tengah Gereja dengan gaya one man show (bekerja sendiri) harus dihilangkan karena hal tersebut bisa menjadi batu sandungan dalam pelayanan. Pelayanan di tengah-tengah Gereja juga tidak dapat dilakukan dengan menonjolkan sifat-sifat egoisme karena hal itu akan menyulitkan kerja sama atau kemitraan.  Sifat-sifat egoisme atau kehendak untuk menang sendiri juga berpotensi merusak kebersamaan dalam persekutuan dan pelayanan di tengah Gereja. 

“Pelayanan di tengah Gereja atau jemaat harus senantiasa dilandasi kemitraan atau kerja sama agar seluruh potensi yang ada di tengah Gereja bisa dimanfaatkan atau diberdayakan meningkatkan tugas-tugas panggilan Gereja, baik itu persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Prinsip kemitraan juga akan mampu mengurangi terjadinya konflik di tengah gereja,”kata Pendeta (Pdt) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Pdt SA Purba STh pada ceramah tentang Kemitraan dalam Pelayanan Gereja GKPS Resort Jambi di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (28/3/2015).

Pdt  SA Purba STh yang melayani di GKPS Batam, Kepulauan Riau tampil sebagai pembicara pada Synode GKPS Resort Jambi tersebut mewakili Pimpinan Pusat GKPS. Synode GKPS Resort Jambi tersebut dihadiri sebanyak 34 orang Majelis Jemaat GKPS se-Resort Jambi dari GKPS Jambi dan GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi.
Menurut Pdt SA Purba STh, pelayanan di tengah-tengah Gereja bukan pekerjaan ringan, melainkan pekerjaan yang sangat berat. Karena itu pelayanan di tengah Gereja perlu dilakukan melalui kerja sama antarseluruh warga jemaat maupun kepengurusan jemaat. Melalui kerja sama atau kemitraan tersebut, para pelayan dan warga jemaat bisa saling menolong dan mengingatkan untuk mengemban tugas-tugas pelayanan.

Dikatakan, perbedaan pendapat yang sering terjadi di tengah persekutuan jemaat pun tidak akan berkembang menjadi penghalang dalam pelayanan Gereja jika prinspi kemitraan diterapkan. Bahkan melalui prinsip kemitraan, perbedaan pendapat di tengah gereja bisa dimanfaatkan memperkuat semangat pelayanan dan memperkaya ide-ide pengembangan pelayanan.

“Kemampuan memberdayakan segala potensi yang ada di tengah jemaat untuk peningkatan pelayanan hanya bisa dilaksanakan jika ada kerja sama atau kemitraan di tengah jemaat dan para pengurus Gereja. Kalau para pelayan di tengah Gereja mampu memberdayakan segala potensi yang ada di jemaat untuk pelayanan, apa pun tantangan yang dihadapi jemaat akan bisa diatasi,”katanya.

Pdt SA Purba STh mengatakan, pelayanan di tengah Gereja tidak bisa dilakukan cara one man show (bekerja sendiri) karena hal tersebut tidak akan bisa meningkatkan pelayanan. Paman nabi Musa, Jetro pun mengingatkan nabi Musa agar tidak memimpin orang Israel dengan cara one man show. Karena itu nabi Musa pun mengangkat para pelayan untuk membantu Dia memimpin orang Israel. Tuhan Yesus pun tidak mau mengabarkan Injil dengan cara one man show. Yesus mengangkat murid-murid dan pelayan-pelayan membantu-Nya untuk mengabarkan Injil.

“Karena itu pelayan di tengah tengah Gereja pun tidak bisa dilaksanakan dengan gaya one man show. Kerja sama atau kemitraan harus senantiansa dikedepankan dalam pelayanan Gereja agar pelayanan berhasil,”katanya. 

Kemitraan juga penting dalam pelayanan di tengah Gereja supaya jangan ada pelayan dan warga jemaat yang menganggap dirinya lebih penting, lebih mampu dan lebih banyak berperan dalam pelayanan.  Melalui kemitraan, semua warga jemaat dan pelayan memiliki peran yang sama dalam pelayanan. 

Karena itulah, kata GKPS mencanangkan Tahun Kemitraan 2015. Melalui Tahun kemitraan GKPS tersebut, kebersamaan di tengah GKPS semakin meningkat. Melalui kebersamaan tersebut, seluruh warga jemaat akan terlibat dalam pelayanan, tidak ada yang jadi sekadar penonton. 

“Melalui kemitraan, kita diharapkan berpartisipasi delam pelayanan. Apa yang bisa kita berikan dan bantu untuk pelayanan, kita berikan sesuai kemampuan kita. Dengan demikian Gereja kita akan bisa member berkat atau manfaat bagi segenap warga jemaat maupun masyarakat di lingkungan kita. Untuk itu Gereja perlu memberdayakan seluruh talenta yang ada di tengah jemaat untuk pelayanan,”katanya. 


Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt JP Tamsar STh (membelakangi lensa) disaksikan Pendeta GKPS Batam, Pdt SA Purba STh (kiri) menyerahkan berkas kepada Pengurus GKPS Resort Jambi periode 2015 – 2020 hasil pemilihan pada Synode GKPS Resort Jambi di GKPS Jambi, Minggu (28/3/2015). (Foto : Warna/Sy Rosenman SM)

Suksesi Demokratis

Sementara itu pelaksanaan Synode GKPS Resort Jambi  yang dipimpin Pdt dan Pendeta GKPS resort Jambi, Pdt JP Tamsar STh berlangsung tertib dan demokratis. Pembahasan laporan pertanggung-jawaban kegiatan dan keuangan GKPS Resort Jambi 2014 serta rencana kerja dan keuangan GKPS Resort Jambi 2015 berlangsung tertib.

Salah satu fokus pembahasan yang menarik perhatian pada Synode GKPS Resort Jambi tersebut, yakni kesulitan mendapatkan izin pembangunan gereja. Hingga tahun ini, upaya mendapatkan izin pembangunan Gereja GKPS Persiapan Tanah Kanaan Jambi belum berhasil. 

Namun upaya untuk mendapatkan izin terus dilakukan melalui pendekatan-pendekatan  kepada warga masyarakat sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat/adat setempat dan pemerintah. Synode GKPS Resort Jambi tersebut menyimpulkan bahwa perjuangan mendapatkan izin pembangunan GKPS Persiapan Tanah Kanaan harus  dilakukan secara bertahap atau alon-alon asal kelakon, kebersamaan dan iringan doa. 

Kemudian periodesasi atau suksesi kepengurusan GKPS Resort Jambi periode 2015 – 2020 yang berlangsung di akhir Synode GKPS Resort Jambi tersebut juga berlangsung tertib dan demokratis. Tidak ada kampanye terselubung dan gontok-gontokan dalam periodesasi tersebut. Pemilihan pengurus berlangsung dalam suasana penuh canda – tawa. Tidak ada yang merasa lebih baik karena terpilih, tidak ada juga yang merasa kecil hati atau tersinggung karena tidak terpilih. 

Pengurus GKPS Resort Jambi periode 2015 – 2020 yang terpilih pada kesempatan tersebut, yakni St Drs GM Saragih MSi (Wakil Ketua), St M Saragih SH (Sekretaris), Sy KS Br Sinaga SE (Bendahara), Sy Ir J Tumanggor (Anggota) dan St JB Sitopu (Anggota). Sedangkan Perutusan Synode Bolon dari GKPS Resort Jambi yang terpilih pada kesempatan itu, Sy AJD Damanik SE MM. (Warna/Rds)

Wanita GKPS Jambi Tingkatkan Semangat Religi dan Berbudaya


HUT ke-57 Wanita GKPS

 
Kaum Wanita/Inang na matua (Lansia) GKPS Jambi turut menyemarakkan Pesta Wanita GKPS ke-57 di GKPS Jambi, Minggu (8/3/2015). Mereka mendapat kehormatan melakukanpemotongan kue ulang tahun, (Warna/ASL)

(JAMBI/Warna) – Periodesasi atau pergantian kepengurusan di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jambi, Resort Jambi ternyata membawa semangat baru bagi segenap warga jemaat meningkatkan kualitas persekutuan dan pelayanan. Hal itu ditandai dengan terobosan Seksi Wanita GKPS Jambi melakukan rangkaian kegiatan rohani, seni dan budaya Simaluggun yang sangat menarik perhatian jemaat dalam rangka perayaan HUT (Hari Ulang Tahun) ke-57 (Pesta/Minggu Wanita GKPS) di GKPS Jambi. 

Berbagai kegiatan perayaan Pesta Wanita se-GKPS, Seksi Wanita GKPS Jambi melakukan berbagai lomba mulai Jumat (6/3/2015) hingga Minggu (8/3/2015). Perlombaan tersebut bernuana religious dan budaya Simalungun. Perlombaan bernuansa religious yang digelar Seksi Wanita GKPS Jambi tersebut, yakni lomba berkhotbah (Marambilan) di GKPS Jambi, Jumat (6/7/2015). 

Perlombaan tersebut cukup mendapat antusias anggota Seksi Wanita GKPS Jambi. Hal tersebut Nampak dari banyaknya peserta lomba, yakni mencapai 11 orang. Teks lomba khotbah diambil dari Khotbah Minggu Wanita GKPS, Minggu (8/3/2015), 2 Musa (Keluaran) 20 : 1 – 17. Menurut penilaian tim juri, Pdt JP Tamsar STh dan Pdt Kurnia Br Girsang STh, kualitas peserta “Lomba Marambilan” (Lomba Berkhotbah) kaum wanita GKPS Jambi tersebut cukup memadai. Pemahaman peserta tentang Firman Allah cukup mendalam, penyajian cukup menarik dan keberanian rata-rata memuaskan. 

Lomba berkhotbah tersebut dilanjutkan dengan lomba Berpacu dalam Haleluya (Kidung Pujian Bahasa Simalungun). Para wanita GKPS Jambi tampil memuaskan dalam lomba tersebut. Para peserta cukup mengetahui persis lagu-lagu dalam Haleluya. Peserta juga rata-rata semangat mengikuti lomba.


Tim Masak "Labar" Wanita Sektor Epesus GKPS Jambi(atas) dan Pilippi (bawah)  sangat bersemangat mengikuti lomba masa makanan khas Simalungun Labar dalam ranga peringatan Minggu/Pesta atau HUT ke-57 Seksi Wanita se-GKPS 2015 di GKPS Jambi, Sabtu (7/3/2015). (Foto : Warna/ASL)

Lomba bernuansa religi tersebut dialanjutkan dengan lomba bernuansa budaya Simalungun, yakni lomba memasak masakan khas Simalungun, “Labar” di GKPS Jambi, Sabtu (7/3/2015). Masakan “Labar” tersebut terbuat dari singkong parut dengan cincang ayam panggang dicampur dengan  aneka racikan bumbu khas kuliner/makanan Simalungun. 

Lomba yang diikuti empat kontingan wanita GKPS Jambi, tersebut sangat menarik diikuti. Para wanita GKPS Jambi sangat cekatan mengikuti lomba memasak “Labar” kendati mereka  belum pernah memasak masakan “Labar” sebelumnya. Para peserta lomba memasak tersebut bahkan ada anggota wanita yang telah besar di perkotaan dan sama sekali tidak pernah mendengar tentang masakan “Labar”. 

Lomba masak makanan khas Simalungun yang berlangsung sekitar satu jam tersebut berlangsung seru. Bak acara lomba memasak di siaran televise (TV), setiap peserta  yang berjumlah tiga orang dari keempat tim terlebih dahulu mengumandangkan yel-yel. Para pendukunya pun turut menyanyikan yel-yel sehingga suasana lomba sangat semarak. 

Ketua Tim Juri Lomba Masak “Labar” Wanita GKPS Jambi, Pdt JP Tamsar STh mengatakan, lomba tersebut digelar untuk memberikan pengetahuan kepada kaum wanita dan jemaat GKPS Jambi tentang masakan khas tradisional Simalungun, khususnya “Labar”.  Masakan “Labar” diperlombakan karena memiliki filosofi tersendiridalam kehidupan masyarakat Simalungun tempo dulu. 

Dijelaskan, masakan khas tradisonal Simalungun yang tidak dimiliki etnsis Batak lainnya ada tiga jenis, yaitu “Dayok Na Binatur” (Ayam yang Diatur), “Hinasumba“ (Daging yang Dimasak Menggunakan Bumbu Getah Kayu) dan “Labar” (masakan daging ayam dicampur singkong atau ubi kayu).  Masakan Dayok Na Binatur dan Hinasumba merupakan makanan adat, sedangkan “Labar” merupakan makanan masyarakat sehari-hari. 

Masakan “Labar” muncul di kalangan masyarakat Simalungun, lanjut Pdt JP Tamsar STh,  sebagai salah satu bentuk pemerataan kebutuhan makanan di tengah keluarga besar dengan jumlah porsi makanan yang sedikit. Dulu dalam keluarga besar di pedesaan Simalungun, makanan daging dari ayam sangat sulit ketika mereka bekerja di kebun atau ladang. Biasanya yangditemui di lading hanya burung, khususnya burung puyuh (leto). 

Satu atau dua ekor burung puyuh yang kecil harus bisa dimasak agar cukup untuk lauk-pauk anggota keluarga besar yang bekerja di kebun. Karena itu satu sampai dua burung puyuh  dipanggang lalu dicincang halus, Kemudian dicampur dengan parutan singkong (gadung) dengan racikan bumbu daging. Semua daging burung yang dicincang, parutan singkong dan aneka racikan bumbu khas Simalungun diadon tanpa dimasak lagi. Hasil adonan itulah dijadikan lauk – pauk agar cukup untuk dinikmati satu keluarga besar. Melalui racikan tersebut, lauk – pauk banyak dan rasa dagingnya tetap terasa. 

 “Belakangan ini di Simalungun sangat sulit mencari burung puyuh. Makanya orang Simalungun sekaran membuat masakan “Labar” daging ayam. Kini “Labar” dimasak dan disajikan bukan lagi untuk mengatasi kesulitanlauk-pauk, tetapi sudah menjadi makanan berselara. Karena itu masakan ini perlu dilestarikan karena sudah mulai hilang,”katanya. 

Pdt JP Tamsar STh mengatakan, masakan “Labar” memiliki filosofi bagi masyarakat Simalungun, bahwa pemerataan kebutuhan di tengah-tengah keluarga harus tetap diperhatikan agar seluruh anggota keluarga memiliki rasa kebersamaan. Baik dalam situasi ekonomi sulit maupun dalam situasi ekonomi cukup. Orang Simalungun juga berprinsip perlunya adanya kebijakan di tengah keluarga mengatasi kesulitan dengan mencari berbagai solusi yang membahagiakan semua anggota keluarga. 
 
Tim Koor Wanita Sektor Korintus GKPS Jambi meraih Juara I Lomba Paduan Suara Pesta Wanita GKPS ke-57 di GKPS Jambi, Minggu (8/3/2015). (Warna/ASL)

Meriah

Sementara itu puncak perayaan Pesta/Minggu Wanita GKPS di GKPS Jambi, Minggu (8/3/2015) berlangsung meriah. Ibadah minggu yang dihadiri sekitar 300 orang warga jemaat GKPS Jambi semarak berkat adanya perlombaan paduan suara antar sector dan fragmen wanita bertema kepedulian terhadap kebersihan dan lingkungan hidup. Kemudian seusai kebaktian diadakan juga perayaan HUT ke-57 Wanita GKPS dengan pemotongan kue ulang tahun oleh inang yang sudah lanjut usia. 

Pdt Kurnia Br Girsang STh dalam khotbahnya pada kesempatan tersebut mengatakan, wanita GKPS harus membagun diri menjadi wanita/inang dan warga jemaat yang memiliki jiwa religius serta berbudaya, khususnya berbudaya Simalungun. Kedua hal tersebut perlu dimiliki wanita GKPS karena kehadiran seorang inang (ibu) di tengah keluarga GKPS perlu memiliki iman yang kuat dan memiliki nilai-nilai luhur budaya Simalungun. Hal itu penting  agar wanita GKPS mampu memimpin dan mengasuh keluarga  dalam terang dan kasuh Tuhan serta kelemah-lembutan wanita Simalungun. (Warna/Rds)