Refleksi Perayaan HUT ke-32 GKPS Jambi



GKPS Jambi tetap konsisten membina anak-anak dan generasi muda dalam pelestarian seni - budaya Simalungun. Anak-anak Sekolah Minggu GKPS Jambi menampilkan tarian (tortor) Silatalari pada Malam kesenian Budaya Simalungun dalam rangka Pesta Olob-olob GKPS se-Resort Jambi, Sabtu (29/9/2012) di GKPS Jambi. (Foto : Warna/Rds)

Berpacu Meningkatkan Partisipasi Warga Jemaat 
dalam Kegiatan Pelayanan

Oleh : St. Radesman Saragih, S.Sos) 

Hari Ulang Tahun (HUT) merupakan hari yang paling istimewa bagi setiap orang karena hari ulang tahun menjadi tonggak sejarah bagi orang tersebut dalam perjalanan hidupnya. Karena itu setiap orang merayakan ulang tahun dengan suka cita, terlepas dari besar – kecilnya acara perayaan ulang tahun tersebut. 

Suasana suka cita seperti itulah tentunya yang dirasakan Jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jambi ketika Jemaat GKPS Jambi genap berusia 32 tahun April 2015 ini. Berkat rasa suka cita tersebut, Jemaat GKPS Jambi pun merayakan pesta HUT ke-32 GKPS Jambi pada ibadah Minggu, 26 April 2015. 

Perayaan HUT ke-32 GKPS Jambi tersebut memang cukup sederhana karena tak ada kegiatan perlombaan-perlombaan dan pentas hiburan meriah. Namun peringatan HUT ke-32 GKPS Jambi memiliki makna tersendiri bagi Jemaat GKPS Jambi yang mulai 2015 dipimpin oleh Pimpinan Majelis Jemaat GKPS Jambi yang baru berjiwa muda. Melalui perayaan HUT GKPS Jambi tahun 2015, seluruh jemaat dan majelis GKPS Jambi diajak merenungkan perjalanan panjang GKPS Jambi membawa Pekabaran Injil (PI) di rantau orang. 

GKPS Jambi yang berdiri 1 April 1983 dan diresmikan 26 April 1986 kini telah menjadi Gereja yang cukup dewasa. Menapaki perjalanan waktu selama 32 tahun, cukup banyak aral rintangan yang dihadapi dalam misi Pekabaran Injil yang dilaksanakan GKPS Jambi. 

Pengantar Jemaat GKPS Jambi yang pertama, St JBS Sumbayak (kanan) berbincang dengan Pendeta GKPS Dumai, Pdt AN Saragih, STh (kiri) pada Pentas Seni Simalungun dlam rangka Pesta Olob-olob 109 Tahun Injil di Simalungun se-Resort Jambi, Minggu, 30 September 2012. (Foto: Warna/Rds)


Akan tetapi semuanya itu bisa terlewati berkat teguhnya iman dan kebersamaan jemaat GKPS Jambi melaksanakan tugas panggilannya untuk bersekutu, bersaksi dan melayani. Bila ditelusuri jauh ke masa lalu, tantangan yang dihadapi jemaat GKPS Jambi dalam membangun ikatan persekutuan yang kokoh hingga saat ini tentunya cukup berat. Pada awalnya GKPS Jambi hanya memiliki belasan pelayan (parhorja kuria), sehingga pelayanan jemaat masih sangat terbatas. 
Namun di tengah keterbatasan itu GKPS Jambi terus maju, berjuang membangun persekutuan dan meneruskan PI tanpa kenal rasa lelah. Perjuangan itu pun telah membuahkan hasil yang membanggakan. Keberhasilan itu sedikitnya bisa kita lihat dari perkembangan wilayah pelayanan GKPS Jambi selama 32 tahun ini. 
GKPS Jambi yang selama ini menjadi gereja induk GKPS Resort Jambi kini telah mekar menjadi tiga resort. Sepuluh tahun lalu, GKPS Resort Jambi telah berhasil memekarkan diri menjadi dua resort, yakni GKPS Resort Jambi dan GKPS Resort Palembang. 
Kemudian mulai Minggu, 20 November 2011 GKPS Resort Jambi juga telah dimekarkan menjadi dua resort dengan GKPS Resort Muarabungo. Bersamaan dengan itu Jemaat GKPS Jambi juga telah dimekarkan menjadi dua jemaat, yakni GKPS Jambi dan GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi, 23 Oktober 2011. 
 

Mantan Pengantar Jemaat GKPS Jambi St RK Purba (kiri)didampingi anggota Majelis Jemaat GKPS Jambi, Sy Ir VM Purba (tengah) dan sesepuh GKPS Jambi, St A Saragih (kanan) JBS Sumbayak (kanan) mengikuti ibadah Pesta Olob-olob 109 Tahun Injil di Simalungun se-Resort Jambi, Minggu, 30 September 2012. (Foto: Warna/Rds)


Tugas Belum Berakhir

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam pemekaran GKPS Jambi menjadi tiga resort itu, yang jelas, GKPS Jambi telah mampu melaksanakan tugas panggilan untuk Pekabaran Injil di tanah perantauan ini. Tugas tersebut tentunya belum berakhir. Pasca pemekaran resort dan jemaat, tugas panggilan bagi jemaat GKPS Jambi di masa mendatang masih menghadang. 
Pendeta GKPS Resort Jambi, Pdt  JP Tamsar STh pada ibadah Pesta HUT ke-32 GKPS Jambi, Minggu (26/4/2015) mengatakan, tugas panggilan Gereja untuk mengabarkan Injil dan bersaksi tentang Kristus tidak akan pernah berakhir dan tidak akan bisa berkahir. Tugas tersebut harus terus dilanjutkan, betapa besar pun aral rintangan yang dihadapi. 
Kalau selama ini tugas pengembangan sayap pelayanan GKPS Jambi ke Sumatera Selatan dan Bungo sudah bisa dilakukan, maka untuk masa mendatang, tugas panggilan pelayanan GKPS Jambi sudah saatnya diarahkan ke lingkungan warga Jemaat GKPS Jambi sendiri. 
Artinya, kalau selama ini gereja kita menitik-beratkan pelayanan pada perluasan wilayah pelayanan melalui pemekaran, maka dimasa mendatang, gereja kita sudah harus memperhatikan pelayanan ke tengah-tengah keluarga para warga jemaat. 
Pelayanan ke tengah-tengah keluarga tersebut penting guna meningkatkan partisipasi warga Jemaat GKPS Jambi dalam setiap kegiatan pelayanan gereja. Selama ini, partisipasi jemaat mengikuti berbagai kegiatan gereja kita belum maksimal. 

Sebagai gambaran, pada tahun 2014, jumlah anggota jemaat yang datang beribadah minggu hanya rata-rata 102 orang atau atap 25,44 % dari 401 orang anggota jemaat dewasa dan pakon pemuda. Kehadiran anggota jemaat pada partonggoan rata-rata 116 orang atau 28,97 % dari 401 anggota jemaat. Anggota jemaat yang hadir pada Synode Jemaat hanya  59 – 73 orang (14,71 % sampai 18,20 %).
Masih rendahnya partisipasi jemaat dan majelis dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan di GKPS Jambi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pimpinan Majelis Jemaat GKPS Jambi periode 2015 – 2020. Berbagai terobosan harus bisa dilakukan agar segenap warga jemaat dan majelis peduli terhadap seluruh kegiatan pelayanan di tengah gereja. 
Terobosan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi jemaat dan majelis dalam pelayanan di tengah gereja di masa mendatang antara lain, peningkatan kepedulian dan perhatian terhadap berbagai pergumulan warga jemaat. 

Kemudian perlu juga ditingkatkan kebersamaan di tengah jemaat dan majelis. Untuk meningkatkan kebersamaan tersebut, perlu diberi peluang kepada segenap warga jemaat dan majelis memberikan kontribusi dalam pelayanan sesuai dengan daya kreasi dan talenta masing-masing. 
Tidak boleh lagi ada pembatasan-pembatasan kepada warga jemaat dan majelis mengaktualisasikan daya kreasi mereka dalam pelayanan gereja sesuai talenta masing-masing sepanjang daya kreasi tersebut mampu membangkitkan semangat kebersamaan, partisipasi dan jiwa religius jemaaat maupun majelis. 
Gedung Gereja GKPS Jambi di Kotabaru Jambi, sederhana namun telah menjadi salah satu monumen religius dalam Pekabaran Injil (PI) GKPS di Provinsi Jambi. (Foto:Warna/Sy RS)

Tantangan Bersama 
Cita – cita tersebut ini tentunya menjadi tantangan bagi segenap warga jemaat dan mejelis jemaat GKPS Jambi. Partisipasi anggota jemaat dalam setiap kegiatan Gereja kita perlu dimaksimalkan agar GKPS Jambi bisa menjalankan tugas panggilannya untuk memperhatikan seluruh warga jemaat. 
Untuk itu Jemaat GKPS Jambi harus semakin mampu memperdulikan kehidupan setiap warga jemaat. Baik kehidupan ekonomi, sosial, budaya, terlebih kehidupan kerohanian jemaat. 
Jemaat GKPS Jambi telah lama memiliki Badan Diakonia Sosial (BDS) untuk mengemban misi peningkatan kepedulian terhadap setiap keluarga di lingkungan Jemaat GKPS Jambi tersebut. Nah, kini tinggal menggelorakan semangat persekutuan, keasksian dan pelayanan. 
Semangat untuk melaksanakan Tri Tugas Panggilan Gereja itu hanya bisa dilakukan jika seluruh warga jemaat dan majelis jemaat GKPS Jambi mampu meningkatkan ikatan dan rasa kekeluargaan di tengah persekutuan jemaat. Melalui keeratan ikatan kekeluargaan itu, segenap warga jemaat akan semakin saling memperhatikan dan saling menolong, sehingga tidak ada warga jemaat yang terabaikan lagi dalam pelayanan di GKPS Jambi. 
Bekal untuk mencapai cita-cita tersebut tentunya cukup besar, jumlah warga jemaat yang semakin banyak (kini 185 KK/sekitar 587 jiwa), jumlah pelayan yang mencukupi ( dua orang pendeta, 16 orang sintua dan 31 orang syamas ditambah pengurus seksi-seksi), sarana dan prasarana Gereja yang memadai. Dan yang lebih penting, Jemaat GKPS Jambi tetap dianugerahi Tuhan Allah semangat persekutuan yang baik. 
Untuk itu, seperti keluarga yang memberikan perhatian khusus pada anggota keluarga yang berulang tahun, demikianlah kiranya GKPS Jambi bisa memberikan perhatian khusus terhadap seluruh warga jemaat tanpa pilih kasih, tanpa pandang bulu. Dengan demikian GKPS Jambi akan bisa menjadi gereja pembawa berkat dan peduli bagi kita semua. Dirgahayu GKPS Jambi ke-32. Tuhan memberkati. ***

GKPS Terus Kobarkan Semangat Pelestarian Lingkungan Hidup

Kerusakan hutan di Jambi, Sumatera, semakin luas akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan cara membakar. Salah satu areal hutan yang rusak di Jambi akibat pembakaran hutan untuk pembukaan lahan kebun sawit. (Foto : Warna/KKI Warsi)

(Warna/Jambi) - Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) yang berpusat di Kota Pematangsiantar, Simalungun, Sumatera Utara terus berupata mengobarkan semangat pelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengobarkan semangat pelestarian lingkungan hidup tersebut, yaitu mengadakan ibadah Hari Bumi Sedunia se-GKPS setiap bulan April. 

Ibadah peringatan Hari Bumi Sedunia se- GKPS tersebut dilakukan setiap April sebagai bentuk dukungan terhadap  aksi peduli lingkungan 20 juta warga Amerika Serikat dengan cara turun ke jalan pada 22 April 1970 silam. GKPS melihat bahwa semangat peduli lingkungan warga Amerika Serikat untuk keselamatan bumi tersebut patut terus dikbarkan di seluruh penjuru dunia.

Terkait dengan ibadah Hari Bumi Sedunia se-GKPS tersebut, maka Pimpinan Pusat GKPS senantiasa meningkatkan motivasi segenap warga GKPS untuk melestarikan lingkungan hidup melalui pesan-pesan atau surat penggembalaan. 

Melalui pesan penggembalaannya pada ibadah Hari Bumi Sedunia se-GKPS, Minggu (19/4/2015),  Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS, Pdt Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD mengharapkan seluruh jemaat GKPS melaksanakan yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air diharapkan meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup. Warga GKPS perlu berpartisipasi melestarian lingkungan hidup sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap program dunia dan Indonesia mengatasi pemanasan global dan bencana alam. 

Peningkatan kepedulian lingkungan tersebut perlu dilakukan sebagai salah satu bentuk kepedulian Kegiatan – kegiatan yang perlu dilakukan dalam pelestarian lingkungan hidup tersebut antara lain penanaman pohon penghijauan, pengendalian pencemaran lingkungan dan pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

Dalam pesan penggembalaannya tentang Hari Bumi se-GKPS yang dibacakan Ketua Majelis Jemaat GKPS Jambi, ST R Saragih, di GKPS Jambi, Minggu (19/4/2015), Ephorus GKPS mengatakan, pemanasan global yang terjadi akibat kerusakan lingkungan sudah menjadi sauatu ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia. Ancaman kerusakan lingkungan tersebut dapat dilihat dari bencana alam banjir, tanah longsor, suhu udara yang semakin panas dan kelaparan yang melanda kehidupan manusia di berbagai negara.

“Karena itu melalui ibadah Hari Dunia se-GKPS yang dilaksanakan Minggu (19/4/2015), seluruh warga GKPS turut serta menjaga kelestarian lingkungan hidup di mana pun bekerja dan berada. Pelstarian lingkungan hidup tersebut perlu dilakukan melalui aksi nyata, yakni menanam pohon penghijauan di lingkungan gereja dan permukiman, tidak membuang sampah sembarangan dan mendukung program pemerintah dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan,”katanya.


Sebagian besar hutan di Jambi sudah hancur akibat eksploitasi hutan berlebihan untuk perkebunan kelapa sawit. Salah satu kawasan hutan di Jambi yang rusak berat. Hutan tersebut dibakar lalu dibuat menjadi kebun sawit. (Foto : Warna/KKI Warsi)
 
Sementara itu, Pendeta GKPS Jambi, Pdt Kurnia Girsang STh pada ibadah Hari Bumi se-GKPS di GKPS Jambi mengatakan, pelestarian lingkungan hidup bisa ditingkatkan jika sikap tamak terhadap eksplotasi suber daya alam bisa dikendalikan. Sepanjang sikap tamah terhadap eksploitasi lingkungan hidup tak bisa dikendalikan, apa pun program bentuk kegiatan penyelamatan lingkungan sulit dilakukan.

Untuk itu, katanya, umat Kristen, termasuk GKPS, khususnya yang pekerjaan dan usahanya terkait dengan eksploitasi lingkungan hidup dituntut memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup. Melalui kepedulian tersebut, berbagai bentuk usaha-usaha yang terkait dengan eksploitasi lingkungan hidup, termasuk ekploitasi hutan bisa dapat dilaksanakan tanpa merusak lingkungan hidup.

Menurut Kurnia Girsang, aksi nyata yang bisa dilakukan seluruh warga jemaat GKPS untuk meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, yakni perlombaan – perlombaan  mengenai pelestarian lingkungan. Misalnya lomba penanaman pohon di setiap gereja dan permukiman, lomba kebersihan lingkungan dan lomba tentang pengetahuan lingkungan hidup.

“Lomba seperti ini sudah banyak dilakukan warga GKPS di Simalungun, Sumatera Utara untuk meningkatkan kepedulan terhadap kelestarian lingkungan hidup. Loma serupa juga bisa dilakukan di seluruh jemaat GKPS di Tanah Air,”katanya.  (Warna/Rds)

Menggugat Peran PGI Mengatasi Pergumulan Umat Ktisten di Jambi


Laporan Khusus Sidang MPL PGIW Jambi
Sidang MPL PGIW Jambi yang dilaksanakan secara sederhana di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Kotabaru Jambi, Rabu (8/4/2015) hanya diikuti sedikit para pendeta dan pimpinan gereja di Jambi. Namun mereka tetap tekun dan serius mengikuti sidang demi kepentingan umat Kristen di Jambi. (Foto: Warna/Rds)

(Warna/Jambi) – Pengantar. Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) Jambi menggelar sidang tahunan pada hari Rabu (8/4/2015) di Gereja Methodist Indonesia (GMI) “Moria” Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi. Pelaksanaan Sidang MPL PGIW Jambi tersebut cukup menarik diikuti karena jauh berbeda dengan sidang-sidang MPL PGIW Jambi selama ini. Berikut kami laporkan pelaksanaan Sidang MPL PGIW Jambi tersebut. (Redaksi)***

Nuansa Sidang MPL PGIW Jambi tahun 2015 ini sangat bersahaja. Tak tampak adanya kemewahan seperti pelaksanaan sidang-sidang MPL PGIW Jambi selama ini. Sidang MPL PGIW Jambi tersebut dilaksanakan secara sederhana di dalam gereja. Sidang tersebut juga tidak dihadiri Pimpinan Pusat PGI dari Jakarta dan para pejabat pemerintahdi Jambi sebagaimana pada pelaksanaan sidang-sidang PGIW Jambi selama ini. 

Jumlah rohaniawan/pendeta dan pimpinan gereja anggota PGIW Jambi yang mengikuti sidang tersebut juga relative sedikit, yakni hanya 50 orang dari ratusan pendeta dan pimpinan gereja anggota PGIW Jambi. Selain itu bahan – bahan bahasan dalam sidang tersebut relatif minim. Tidak semua kegiatan PGIW Jambi selama 2010 – 2015 dipaparkan dalam sidang tersebut. 

Masalahnya, pengurus MPL PGIW Jambi periode 2010 – 2015 sama sekali tidak membuat laporan pertanggung-jawaban dan laporan keuangan hingga mereka menyerahkan jabatan kepada pengurus PGIW Jambi periode 2015 – 2020 yang memimpin Sidang MPL PGIW Jambi  tersebut. Kondisi demikian membuat Pengurus PGIW Jambi 2015 – 2020 yang dipimpin terpaksa harus mengawali kerja dari nol.

Bendahara MPH PGIW Jambi periode 2015 - 2020, St R Rajagukguk mengatakan, pengurus MPH PGIW Jambi yang baru sama sekali tidak menerima laporan pertanggung-jawaban dan laporan keuangan dari pengurus PGIW Jambi periode 2010 – 2015 hingga masa pelantikan pengurus PGIW Jambi yang baru, 8  Januari 2015. Karena itu pengurus PGIW Jambi yang baru memulai segala kegiatan, termasuk sidang MPL PGIW Jambi tahun ini dari awal. Dana yang digunakan untuk penyelenggaraan siding tersebut pun terpaksa dirogoh dari kocek pengurus baru.


Ketua Umum Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia (PGIW) Provinsi Jambi periode 2015 – 2020, Pdt Manuarang Hutabarat STh (tengah) didampingi Wakil Ketua Umum MPH PGIW Jambi, Pdt Dr Ir Fridz Sihombing (kiri) dan Sekretaris Umum MPH PGIW Jambi, Pdt Krisman Lase STh (kanan) memimpin sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGIW Jambi di di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Kotabaru Jambi, Rabu (8/4/2015). (Foto: Warna/Rds)

Kehilangan Peran?
Melihat kondisi tersebut, PGIW) Jambi dinilai sepertinya mulai kehilangan peran sebagai pembawa aspirasi umat Kristen, khususnya Kristen Protestan di Provinsi Jambi. Hal tersebut tercermin dari berkurangnya kontribusi PGIW Jambi mengatasi dan menyikapi berbagai problema hidup beragama yang dihadapi umat Kristen dari Gereja-gereja anggota PGI di Jambi.

Pergumulan umat Kristen di Jambi yang hingga kini belum dapat sepenuhnya diatasi PGIW Jambi, terutama kesulitan mendapatkan izin dan lokasi pembangunan gereja serta problema krisis guru-guru agama Kristen di sekolah – sekolah negeri di Jambi.

Pada MPL PGIW Jambi tersebut terungkap, masih cukup banyak siswa – siswi Kristen yang sekolah di sekolah – sekolah negeri belum mendapatkan pelajaran agama akibat tidak adanya guru agama Kristen. Krisis guru agama Kristen tersebut tidak hanya terdapat di daerah kabupaten, tetapi juga di perkotaan.

Kepala Pembimas Kristen, Drs Enneri Goeltom pada SidangMPL PGIW Jambi tersebut mengatakan, anak-anak Kristen yang menempuh pendidikan di sekolah-sekolah negeri di daerah kabupaten dan kota di Jambi masih banyak yang tidak mendapatkan pendidikan agama Kristen. Masalahnya guru agama Kristen tidak ada dan jumlah siswa Kristen di sekolah negeri kurang. Namun kalau siswa Kristen dari beberapa sekolah negeri digabung, jumlahnya cukup banyak.

Guru agama Kristen untuk siswa – siswa Kristen di sekolah negeri baru ada di Kota Jambi. Itu pun jumlahnya terbatas. Para guru agama Kristen tersebut hanya berstatus sukarela, bukan guru honorer. Mereka tidak dibayar. Honornya hanya diperoleh dari iuran siswa.

Dijelaskan,  perekrutan guru agama Kristen untuk sekolah – sekolah negeri di Jambi sangat sulit karena tidak ada jaminan honor dan kejelasan status dari pemerintah setempat. Kanwil Kemenag Provinsi Jambi sudah beberapa kali mengadakan prekrutan dan pembinaan guru agama Kristen untuk sekolah – sekolah negeri di Jambi, namun respon kurang. Karena itu hanya para rohaniawan dari beberapa Gereja di Jambi yang bersedia menjadi guru agama Kristen di beberapa sekolah dengan status guru sukarela.

“PGIW Jambi diharapkan tidak membiarkan gereja-gereja anggotanya saling melempar tanggung jawab terkait masih sulitnya membangun gereja dan krisis guru agama Kristen. Kami mengharapkan agar PGIW Jambi bisa merangkul berbagai kelompok persekutuan dan organisasi Kristen, termasuk Pembimas Kristen Kanwil Kemenag Jambi untuk bersama-sama melakukan pendekatan kepada pemerintah dan masyarakat agar umat Kristen di Jambi semakin mudah membangun rumah ibadah dan mampu mengatasi krisis guru agama Kristen,”katanya.


Pejabat Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kota Jambi, Lipan Pasaribu, SH (kanan) menjadi Ketua Bidang Departemen Dialog da Plural antar Umat Beragama PGIW Jambi 2015 - 2020. Kemudian Lomara Sembiring menjadi Kepala Bidang Departemen Perempuan PGIW Jambi. Mereka dilantik pada sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGIW Jambi di di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Kotabaru Jambi, Rabu (8/4/2015). (Foto: Warna/Rds)

Berjuang Keras
Ketua Umum PGIW Jambi periode 2015 – 2020, Pdt Manuarang Hutabarat STh mengatakan, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin agar PGIW Jambi mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya di masa mendatang. Prioritas PGIW Jambi saat ini, yakni mengupayakan agar seluruh gereja-gereja anggota PGI di Jambi bisa bekerja sama dalam hal kegiatan dan anggaran.

Kemudian PGIW Jambi juga akan berjuang mengenalkan PGIW Jambi kepada masyarakat dan pemerintah daerah. Dengan demikian aspirasi umat Kristen di Jambi yang sampaikan PGIW Jambi kepada pemerintah dan masyarakat Jambi bisa mendapatkan respon posotif.

Selain itu, lanjut Manuarang yang kini menjabat Praeses (Pimpinan Tertinggi) Huria Kristen Batak Protestan  (HKBP) Distrik XXV Jambi, PGIW Jambi mulai tahun ini akan mengadakan perekrutan guru agama Kristen untuk sekolah – sekolah negeri. Jumlah guru yang akan direkrut sebanyak 10 orang. Bantuan biaya transportasi yang disediakan PGIW Jambi untuk para guru agama Kristen tersebut selama satu tahun sebesar Rp 10 juta.

“Bantuan yang bisa diberikan PGIW Jambi untuk guru – guru agama Kristen tersebut hanya bantuan transportasi. Sedangkan honor mereka kita harapkan diperoleh dari pemerintah. Kami akan perjuangkan perekrutan guru-guru agama Kristen ini tahun ini,”katanya.

Menurut Manuarang, untuk menjalin kebersamaan di antara gereja-gereja anggota PGIW Jambi, para pendeta dari berbagai denominasi gereja di Jambi mengadakan pertukaran mimbar untuk berkhotbah sebanyak dua kali tahun ini. Pertukaran mimbar pertama kami laksanakan berkaitan dengan Tahun Oikumene, Mei dan Bulan Reformasi, Oktober  mendatang. Melalui pertukaran  mimbar tersebut, para pendeta yang tergabung dalam PGIW Jambi juga akan melayani Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) di daerah – daerah terpencil,”katanya.

PGIW Jambi juga, lanjut Manuarang akan merangkul organisasi pemuda-pemuda Kristen, termasuk organisasi mahasiswa Kristen, khususnya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) untuk meningkatkan pembinaan kerohanian bagi pemuda dan mahasiswa Kristen di Jambi. Untuk itu pada sidang MPL PGIW Jambi tersebut telah diprogramkan pelaksanaan seminar mengenai pencegahan dan penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba), HIV/AIDS dan pergaulan bebas untuk kalangan remaja dan pemuda Kristen. Kemudian PGIW Jambi  juga akan meningkatkan dialogdengan. (Warna/Rds)