Imlek Gaya Nasrani dari Kota Jambi



Ibadah perayaan tahun baru Imlek 2567 di Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ), Senin (8/2/2016). (Foto:Warna/Rds)

(Warna/Jambi) – Perayaan Tahun Baru Tionghoa/China atau Imlek ternyata tidak hanya milik warga keturunan Tionghoa beragama Khonghucu dan Budha di Jambi. Warga keturunan Tionghoa yang menganut agama Krtisten di Kota Jambi juga tetap merayakan Imlek. Pada perayaan Imlek 2567, Senin (8/2/2016), warga keturunan Tionghoa yang menjadi warga jemaat berbagai denominasi gereja di Kota Jambi merayakan Imlek dengan meriah.

Umat Kristen dari warga keturunan Tionghoa di Kota Jambi memadati ibadah perayaan Imlek yang dilaksanakan di berbagai gereja di kota itu, Senin (8/2/2016). Gereja yang merayakan Imlek di kota tersebut antara lain Gereja Katolik Santa Theresia, Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ) dan Gereja Methodist Indonesia (GMI), Pasar, Kota Jambi.

Pantauan Warna Gereja Katolik Santa Theresia dan gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ), Kecamatan Pasar, Kota Jambi, ribuan umat Kristen dari keturunan Tionghoa mengikuti ibadah perayaan Imlek dengan khidmat di Gereja Santa Theresia, GKPJ dan GMI Pasar Kota Jambi. Ibadah perayaan Imlek  di Gereja Santa Theresia Jambi dilakukan dengan model inkulturasi (bernuansa tradisi Tionghoa).

Pada ibadah inkulturasi perayaan Imlek di Gereja Santa Theresia Kota Jambi, nyanyian menggunakan bahasa Tionghoa. Kemudian para pelayan gereja yang membantu pelaksanaan ibadah juga menggunakan pakaian tradisional Tionghoa. Sebagian besar warga jemaat yang mengikuti ibadah inkulturasi di Gereja Katolik Santa Theresia warga keturunan Tionghoa. Namun warga Katolik non-Tionghoa juga cukup banyak mengikuti ibadah Imlek di gereja tersebut.

Ketua Paroki Santa Theresia Kota Jambi, Pastor Romo Antonius Yuswita yang memimpin ibadah tersebut mengatakan, pihaknya merayakan Imlek dalam bentuk ibadah inkulturasi karena sebagian besar warga gereja Santa Theresia Jambi berasal dari warga keturunan Tionghoa.

“Melalui ibadah perayaan Imlek berbentuk ibdah inkulturasi ini, kami ingin menunjukkan bahwa gereja Katolik juga peduli pada pelestarian seni – budaya Tionghoa. Selain itu ibadah perayaan  Imlek juga kami lakukan untuk mengajak seluruh warga Katolik Jambi dari berbagai etnis untuk tetap bersekutu untuk mengucap syukur atas berkat Tuhan Allah,”katanya.
Warga jemaat Gereja Katolik Santa Theresia Kota Jambi memadati ibadah atau misa peryaan tahun baru Imlek 2567 di Gereja Santa Theresia Pasar, Kota Jambi, Senin (8/2/2016). (Foto: Warna/Rds)

Sementara itu dalam khotbahnya, Romo Antonius Yuswita mengatakan, tahun baru Imlek perlu disyukuri karena tahun baru tersebut merupakan suatu berkat Allah untuk warga Tionghoa. Warga Katolik dari keturunan Tionghoa diharapkan bersyukur karena hanya berkat Allah mereka bisa menjalani hidup yang baik dari tahun yang lama ke tahun yang baru.

“Melalui ibadah Imlek ini, saya mengajak segenap warga Ketolik di Jambi, khususnta dari keturunan Tionghoa untuk bekerja keras pada tahun baru Tionghoa atau Imlek 2567 ini. Kerja keras tersebut penting agar kesejahteraan tercapai. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, warga Tionghoa juga diharapkan tetap bekerja keras, ikhlas dan jujur,”katanya. (Warna/Rds)

Ungkapan Prihatin, Umat HKBP Jambi Ibadah di Kantor Walikota





Warga Jemaat HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi terpaksa melakukan ibadah di ruang pola kantor Wali Kota Jambi, Minggu (7/2) menyusul penyegelan rumah ibadah yang dilakukan Pemerintah Kota Jambi terhadap gereja mereka di kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi. (Foto: Ist/Warna/Rds)

(Warna/Jambi) – Sekitar 500 orang dari 2.150 jiwa warga jemaat Huria Batak Kristen Protestan (HKBP) Syaloom Aur Duri, Kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi semakin bingung mencari tempat beribadah. Masalahnya, gereja HKBP Syaloom Aur Duri disegel Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi sejak 2011. Berbagai mediasi yang dilakukan Pimpinan HKBP Jambi dan HKBP Pusat dari Sumatera Utara dengan Pemkot Jambi tidak membuahkan hasil untuk mengakhiri penyegelan gereja tersebut.

Kondisi tersebut membuat warga HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi melakukan ibadah di kantor Wali Kota Jambi mulai Minggu (7/2/2016) pagi. Semula ibadah tersebut direncanakan di halaman kantor Wali Kota Jambi. Namun karena hujan mengguyur Kota Jambi Minggu pagi tersebut, ibadah pun dialihkan ke ruang pola kantor wali kota setempat.

Pengalihan tempat ibadah ke ruang pola kantor Wali Kota Jambi itu atas inisiatif Wakil Wali Kota Jambi, Abdullah Sani. Abdullah Sani juga meninjau langsung pelaksanaan ibadah umat HKBP Syaloom tersebut. Abdullah Sani meminta para pegawai kantor Wali Kota Jambi melengkapi fasilitas ibadah, baik kursi maupun pengeras suara.

Warga jemaat HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi sejak tahun 2011 beribadah secara tidak menentu akibat gereja mereka disegel pemerintah setempat. Warga jemaat HKBP Syaloom Aur Duri melaksanakan ibadah raya dan pesta pembangunan di lapangan samping gereja yang disegel, Minggu (27/04/2014). (Foto: Warna/Rds)

Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi, St T Sianipar pada kesempatan tersebut mengatakan, sekitar 457 kepala keluarga (KK) HKBP Syaloom Aur Duri Kota Jambi pihaknya mengharapkan pemerintah setempat memberikan solusi agar mereka bisa mendirikan rumah ibadah di tempat yang diperbolehkan masyarakat dan pemerintah setempat.

“Sejak tahun 1997, kami sudah mengajukan izin mendirikan rumah ibadah di lokasi bangunan gereja kami, Kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi. Namun permohonan izin yang kami ajukan tidak mendapat tanggapan. Bahkan  tahun 2011, gereja kami disegel Wali Kota Jambi saat itu, Bambang Priyanto. Penyegelan tersebut membuat bangunan gereja yang sudah kami mulai tidak bisa dilanjutkan,”katanya.

Menurut T Sianipar, pihaknya mengharapkan agar mereka bisa memperoleh izin untuk melanjutkan pembangunan gereja di lokasi saat ini yang disegel pemerintah setempat. Pihaknya kesulitan mendapat lokasi pembangunan gereja yang baru yang dekat dengan permukiman warga HKBP Syaloom.

Menanggapi keluhan warga HKBP Syaloom Aur Duri tersebut, Wakil Wali Kota Jambi, Abdullah Sani mengatakan, pihaknya akan mencari solusi bersama agar jemaat HKBP Syaloom Aur Duri Kota Jambi bisa membangun rumah ibadah.

“Kami akan berusaha mencari solusi persoalan gereja HKBP Syaloom Aur Duri. Lokasi pembangunan gereja HKBP Syaloom akan dicari di tempat yang lebih baik, sehingga pembangunan gereja tersebut tidak lagi menimbulkan konflik,”katanya.

Bangunan Gereja HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi yang hingga kini terbengkalai akibat larangan pembangunan rumah ibadah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi.(Foto: Suara Pembaruan/Radesman Saragih)


Sejarah Panjang

T Sianipar mengatakan, pendirian gereja HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi melalui perjalanan panjang. Gereja tersebut terbentuk tahun 1992 dengan jumlah warga hanya tujuh keluarga. Mereka membentuk HKBP Syaloom Aur Duri karena mereka terlalu jauh mengikuti ibadah di HKBP Kotabaru maupun HKBP Pasar, Kota Jambi yang jaraknya mencapai 20 kilometer (Km).

Semula mereka beribadah di rumah – rumah. Namun sejak 10 Desember 1994, mereka mencoba membangun tempat ibadah dengan bangunan darurat atau papan di lahan kosong milik warga HKBP, Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, jauh dari permukiman warga. Izin pembangunan rumah ibadah di lokasi tersebut mereka peroleh 17 November 1997.

Namun demikian, Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi akhirnya melarang pembangunan gereja tersebut dengan alas an ada protes warga. Bahkan Pemkot Jambi meminta gereja tersebut dibongkar. Akibat larangan tersebut, warga jemaat pun terpaksa menghentikan pembangunan gereja tersebut sejak 22 Desember 1997. Warga HKBP tersebut pun terpaksa beribadah di lapangan samping bangunan gereja yang diegel menggunakan atap tenda dan beralaskan tanah.

Menyikapi tak ada solusi dari pemerintah mengenai penyegelan gereja HKBP Syaloom Aur Duri tersebut, warga jemaat akhirnya memaksakan diri melakukan ibadah di gereja baru yang disegel tahun 1998. Akhirnya Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI mengeluarkan surat larangan pelaksanaan ibadah di gereja yang disegel tersebut tahun 2003.

Namun surat tersebut tidak ditanggapi. Jemaat HKBP Syaloom kemudian membangun gedung rumah ibadah permanen karena gereja dengan bangunan papan sudah lapuk tahun 2004. Pembangunan tersebut berlanjut sembari dilakukan pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) rumah ibadah sesuai Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dengan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat beragama dan Pendirian Rumah Ibadat. Namun pengurusan izin tersebut tetap dipersulit Pemkot Jambi.
Ephorus HKBP, Pdt Dr WTP Simarmata, MTh dan isteri mengikuti ibadah raya dan pesta pembangunan HKBP Syaloom Aur Duri, Kota Jambi, Minggu (24/04/2014). Kehadiran Ephorus HKBP ke HKBP Syaloom Aur Duri Kota Jambi belum mampu membuat Pemerintah Kota Jambi mengakhiri penyegelan gereja tersebut. (Foto:Warna/Rds).

Menurut T Sianipar, pembangunan gereja HKBP Syaloom yang belum mengantongi zin tersebut membuat belasan warga yang mengatasnamakan warga Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi melakukan protes ke kantor DPRD Kota Jambi, 29 November 2011. Wali Kota Jambi saat itu Bambang Priyanto menerbitkan surat larangan pembangunan gereja tersebut Nomor 452.2/1231/Kesra tertanggal 14 Desember 2011. Bangunan  gereja tersebut pun disegel karena dinilai menyalahi Perda Kota Jambi Nomor 6 Tahun 2002 tentang IMB.

Pihak Jemaat HKBP Syaloom Aur Duri pun menggugat Pemkot Jambi ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jambi dan mereka menang. Namun pihak Pemkot Jambi melakukan banding ke Mahkamah Agung (MA) dan mereka menang. Berdasarkan putusan MA akhir tahun 2015, bangunan gereja HKBP Syaloom Aur Duri yang terbengkalai diminta dibongkar. (Warna/Rds/BeritaSatu.Com/SuaraPembaruan.Com, Senin, 8 Februari 2016)

Napak Tilas 80 Tahun Pekabaran Injil Katolik di Jambi


Kepala Paroki Santa Teresia Jambi, Romo Antonius Yuswita, SCJ (tiga dari kanan) dan para suster Gereja Santa Theresia Jambi memberikan bingkisan kebutuhan kebutuhan pokok kepada warga Kota Jambi yang kurang mampu. Aksi sosial tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]
 
Pekabaran Injil (PI) di suatu daerah ternyata tidak bisa berhasil maksimal bila hanya mengedepankan pengajaran mengenai dogma agama kepada kalangan umat. Salah satu trik sukses PI di suatu daerah, terutama daerah yang masyarakatnya minoritas Kristen hanya melalui pendekatan – pendekatan sosial - budaya.

Melalui pendekatan sosial – budaya tersebut, PI mendahulukan perhatian terhadap kondisi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan budaya masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, PI akan diterima semua etnis dan golongan masyarakat. Pendekatan sosial – budaya tersebut juga membuat PI jarang menimbulkan konflik dengan warga masyarakat sekitar.

Konsep PI seperti itulah yang dilakukan Paroki Santa Theresia Jambi sehingga PI Gereja Katolik di Jambi selama 80 tahun berjalan dengan baik. Melalui pendekatan sosial – budaya tersebut, PI yang dilaksanakan Paroki Santa Theresia Jambi bergulir dengan damai mengikuti jejak waktu selama 80 tahun.

Gereja Katolik termasuk salah satu denominasi Gereja yang mampu melakukan Pekabaran Injil (PI) di daerah Melayu, Jambi tanpa banyak mengalami gesekan dengan warga masyarakat lokal. Gereja Katolik mampu mengibarkan panji penginjilan di Jambi yang sering disebut “Negeri Angso Duo” berkat kepiawaian para rohaniawan Katolik melakukan pendekatan sosial dan budaya dengan warga masyarakat sekitar.

Berkat pendekatan sosial – budaya tersebut, PI yang dilaksanakan Katolik di Provinsi Jambi bisa langgeng hingga kini. Memasuki tahun 2016 ini, genaplah berusia 80 tahun atau dua dasawindu PI yang dilakukan Katolik di Jambi. Perkembangan PI Katolik di daerah tersebut pun cukup pesat.

Para misionaris atau imam Kesukupan Agung Palembang, Sumatera Selatan dan Dewan Paroki Santa Theresia Jambi melakukan pemberkatan pada acara penutupan puncak misa syukur peringatan Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar (ACC) Kota Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]

Kemajuan PI Katolik di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, julukan lain untuk Provinsi Jambi, tidak hanya tercermin dari berdirinya beberapa Gereja Katolik di Kota Jambi hingga ke kawasan perkebunan di daerah kabupaten. 

Kemajuan PI Katolik di Jambi Nampak juga dari semakin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit Katolik Santa Theresia Jambi dan berkembangnya lembaga pendidikan Taman kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Xaverius di Jambi. Dari jumlah umat pun, kemajuan Katolik di Jambi cukup luar biasa. Umat Katolik yang bernaung di bawah Paroki (Wilayah Pelayanan) Santa Theresia Jambi hingga tahun 2016 mencapai 12.000 orang.

Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Palembang, Sumatera Selatan, Romo Felix Astono Atmaja didampingi Ketua Dewan Paroki Santa Theresia Jambi, Romo Antonius Yuswito pada puncak misa syukur 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Center (ACC) Kota Jambi, Sabtu (16/01/2016) mengatakan, perkembangan PI Katolik di Jambi tidak terlepas dari jiwa penuh pengorbanan dan militansi para misionaris (imam) Katolik di daerah itu.

Kendati mengalami banyak tantangan pelayanan, para misionaris Katolik tak kenal putus asa mengabarkan Injil di Jambi sejak 80 tahun silam. Karena itu pada misa syukur 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi 2016, sebanyak 30 orang imam Konggregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) turut diundang. Imam yang hadir sebagian pernah bertugas melayani umat Katolik Jambi dan ada juga imam yang berkarya di daerah lain namun kelahiran Jambi.

“Ada enam imam, empat suster, dan beberapa frater yang saat ini sedang menjalani pendidikan, semuanya berasal dari Jambi. Ini juga merupakan salah satu buah yang dihasilkan Paroki Santa Teresia Jambi selama 80 tahun berkarya di Jambi,”ujar Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Palembang Romo Felix Astono Atmaja.

Selama 80 tahun Paroki Santa Theresia berkarya di Jambi, lanjut Romo Felix Astono Atmaja, jumlah umat Katolik di Provinsi Jambi. Jumlah umat Katolik di Kota Jambi dan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi saat ini sudah mencapai 12.000 orang. Pertumbuhan jumlah umat tersebut membuat Paroki Santa Theresia Jambi memekarkan diri untuk meningkatkan pelayanan. Paroki Santa Teresia Jambi telah memiliki calon paroki baru yakni Koasi Santo Gregorius Agung sebagai paroki pemekaran.

 Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Palembang, Sumatera Selatan, Romo Felix Astono Atmaja (dua dari kanan) menyalami umat Katolik Gereja Santa Theresia Jambi pada peringatan Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar (ACC) Kota Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]

Napak Tilas

Napak tilas misionaris Katolik melakukan PI di Jambi sejak era penjajahan hingga era reformasi ini cukup panjang dan penuh liku. Menurut Romo Felix Astono Atmaja, misionaris Katolik pertama kali menapak di Jambi sekitar tahun 1925. Pembaptisan pertama umat Katolik di Jambi dilakukan pada 1932. Benih yang ditanam kemudian menunjukkan hasil. Pada 16 Januari 1935 Paroki Santa Teresia Jambi resmi terbentuk. Pimpinan pertama Paroki Jambi tersebut, Pastor Van Oort SCJ. Pastor tersebut dibantu Bruder Felix Van Langenberg, SCJ.

“Pemberkatan dan peresmian gereja Santa Theresia Jambi dilakukan Uskup Mgr Henricus Norb Mekkelholt, SCJ. Pada masa sulitnya PI di tengah kehidupan warga negara Indonesia yang masih terjajah, jumlah umat Katolik di Jambi yang telah dibaptis sekitar 30 orang,”katanya.

Menurut Romo Felix Astono Atmaja, kehadiran pos misi PI Katolik di Jambi tidak hanya untuk memperluas penggembalaan. Para misionaris Katolik atas bantuan Dewan Gereja Katolik melaksanakan sejumlah karya kemanusiaan di bidang kesehatan dan pendidikan. Sekolah yang pertama kali dibuka di Jambi, yaitu Hollandsche Chineesche School (HCS) dan Froebel-school (setingkat sekolah dasar dan taman kanak-kanak) untuk anak-anak Tionghoa. Kala itu sebagian ruang pastoran dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.

Kemudian, Pastor Hoogeboom, penerus Pastor Van Oort, kata Felix juga membangun klinik kesehatan yang melayani masyarakat umum. Pastor Hoogeboom mengundang suster dari Franciscan Missionaries of Mary untuk mengelola pelayanan pendidikan dan kesehatan tersebut. Kedua pelayanan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sekolah Xaverius dan Rumah Sakit Theresia Jambi saat ini.

Dikatakan, pelayanan pendidikan dan kesehatanmendapat tempat penting bagi penggembalaan Katolik di Jambi karena hal itulah wujud nyata kehadiran gereja sebagai garam dan terang dunia. Menjadi garam dan terang merupakan suatu martabat umat Katolik setiap menjalankan tugas panggilan pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Terkait dengan tugas panggilan pelayanan itulah perayaan dasawindu Paroki Santa Theresia Jambi 2016 menetapkan tema, “Kamulah Garam dan Terang Dunia”.

Kepala Paroki Santa Teresia Jambi, Romo Antonius Yuswita, SCJ (tengah) pada peringatan Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar (ACC) Kota Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]

Harmoni

Romo Astono mengatakan, Pekabaran Injil yang baik semestinya senantiasa dibarengi dengan prinsip harmoni kehidupan sosial. Untuk itu perkembangan kehidupan sosial umat, pelayanan kesehatan dan pendidikan haruslah dibarengi dengan perkembangan iman.  Umat Katolik didorong untuk terus memberikan sapaan kemanusiaan yang lebih baik dalam setiap perutusannya agar lingkungan dapat merasakan kebaikan Tuhan.

“Kemudian dalam pelaksanakan PI, pendidikan dan kesehatan, kita harus senantiasa melakukan harmoni dengan menghargai kemajemukan atau keberagaman masyarakat. Pelayanan pendidikan, kesehatan dan penggembalaan umat tidakbisa dilakukan dengan cara pilih kasih. Setiap insane yangmembutuhkan pelayanan mesti diberikan pertolongan, apa pun agamanya, sukunya, busadanya dan kelas ekonominya,”tegasnya.

Pembangunan harmoni kehidupan tersebut tidak hanya diwujudkan Paroki Santa Theresia Jambi melalui pelayanan berdasarkan kasih di bidang kesehatan dan pelayanan saling menolong di bidang pendidikan. Dalam ibadah pun, Paroki Santa Theresia Jambi senantiasa menghargai perbedaan. Hal itu ditandai dengan pelaksanaan ibadah inkulturasi. Melalui ibadah inkulturasi tersebut, berbagai seni – budaya yang berbeda ditampilkan dalam ibadah atau misa.

Menurut Ketua Dewan Paroki Santa Heresia Jambi, Romo Antonius Yuswito, ibadah inkulkurasi sering mereka lakukan pada perayaan hari - hari besar kegamaan, baik Natal, Imlek (Tahun Baru Tionghoa) dan pesta gereja seperti pada puncak misa syukur 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi 2016.

Pada misa syukur tersebut lanjut, Antonius,  lagu - lagu rohani dibawakan secara harmonis oleh paduan suara diiringi berbagai alat musik tradisional, seperti kelompok pemusik Tionghoa, gamelan Jawa dan gondang (musik tradisional) Batak. Pembawa persembahan mengenakan baju adat Jawa, Tionghoa, Melayu dan Flores diiringi oleh penari Melayu. Sedangkan Kitab Suci diarak dengan menggunakan tandu oleh para penari Barongsay.  Di akhir misa syukur, Romo Felix  dan Antonius melakukan pemberkatan kepada umat diiringi tarian Batak, tortor. 

Warga Gereja Katolik Santa Theresia asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menampilkan tarian tradisional Flores pada jalan santai kerukunan umat beragama di Kota Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]

Ketua Panitia Peringatan Dasawindu Paroki Santa Teresia Jambi Agus Tri Nugroho mengatakan, perayaan Dasawindu Paroki Jambi dilkasanakan sejak Januari 2015 hingga Januari 2016. Rangkaian kegiatan perayaan Dasawindu Paroki Jambi tersebut antara lain pertandingan  olahraga, lomba lektor, rekoleksi keluarga tingkat wilayah, kemah rohani, bazaar, lomba baju bekas dan membuat goa natal dengan bahan bekas.

“Dalam kegiatan sosial, kami melaksanakan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah dan pembagian sembako pada kalangan kurang mampu pada masa puasa tahun lalu. Sasaran aksi sosial bukan hanya warga Katolik, tetapi juga warga kurang mampu Kota Jambi yang beragam Islam, Budha dan Hindu. Aksi sosial seperti ini kami llakukan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Katolik di Jambi juga untuk masyarakat luas,”katanya. [SP/Radesman Saragih]  (Sumber : Suara Pembaruan. Com, Jumat, 22 Januari 2016, Harian Umum Suara Pembaruan, Sabtu, 23 Januari 2016, Rubrik Faith and Life, Warna/Rds)