Ibadah Perayaan Tahun Baru Imlek 2566 di GMI
Sion, Pasar, Kota Jambi, Kamis (19/2/2015). (Foto : Warna/RSM)
Perayaan
Imlek atau tahun baru China/Tionghoa ternyata bukan hanya milik warga Tionghoa
penganut agama Buddha, Hindu dan Konghucu. Warga Tionghoa yang menganut agama
Kristen Protestan dan Katolik juga turut merayakan Imlek. Hal tersebut nampak dari
perayaan Imlek yang dilaksanakan umat Kristen Protestan dan Katolik di berbagai
kota di Indonesia, termasuk di Kota Jambi.
Pada
perayaan tahun baru Imlek 2566 di Kota Jambi, Kamis (19/2/2015), ribuan warga
Tionghoa yang beragama Kristen memadati gereja untuk mengikuti ibadah perayaan
tahun baru Imlek. Ibadah perayaan Imlek umat Kristen di kota itu dilaksanakan
di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Sion, Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ)
dan Gereja Santa Theresia, Kecamatan Pasar, Kota Jambi.
Di
GMI Sion Pasar, Kota Jambi, ibadah ucapan syukur tahun baru Imlek 2566 yang
diikuti sekitar 300 orang jemaat menggunakan bahasa Tionghoa dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Renungan ibadah Imlek dalam kebaktian tersebut
dibawakan seorang guru Injil warga Tionghoa, GI Helly. Khotbah yang dibawakan
GI Helly diterjemahkan seorang anggota majelis GMI Sion, Eddy Tan.
GI
Helly dalam khotbahnya yang diambil dari Mazmur 89 : 2 – 3 menyebutkan, umat
Kristen Tionghoa mengucap syukur karena bisa tetap mendapat berkat Tuhan Allah
hingga tahun baru Imlek. Di dalam tahun baru ini juga, umat Kristen dari
kalangan warga Tionghoa di Jambi tetap berharap kekuatan dan berkat Tuhan Allah
dalam menghadapi berbagai tantangan.
Paduan suara (PS) Nafiri Gereja Methodist
Indonesia (GMI) Sion, Pasar, Kota Jambi mengumandangkan lagu pujian pada ibadah syukur perayaan Imlek 2566 di gereja tersebut, Pasar, Kota Jambi, Kamis
(19/2/2015) pagi. (Warna/RSM)
Sementara
itu, Pendeta (Pdt) GMI Sion Kota Jambi, Pdt Rudiyanto mengatakan, umat Kristen,
khususnya dari kalangan warga Tionghoa tetap merayakan Imlek karena Imlek
merupakan salah satu tradisi bersejarah sejarah. Karena itu seluruh warga
Tionghoa, agama apa pun mereka anut tidak salah merayakan Imlek.
“Imlek
bukan suatu perayaan keagamaan, tetapi tidak lebih sebagai satu tradisi nenek
moyang untuk merayakan pergantian tahun menurut kalender Cina, yakni musim
gugur ke musim semi,”katanya.
Dikatakan,
ada banyak hal positif yang dapat dimaknai dari perayaan Imlek. Misalnya Imlek
adalah waktu untuk berkumpul dengan keluarga, waktu untuk mempererat hubungan
kekeluargaan, waktu untuk mengucapsyukur akan berkat Tuhan.
Merayakan
Imlek, lanjut Pdt Rudiyanto tidak bertentangan dengan Alkitab. Dalam Alkitab
banyak perayaan-perayaan tradisi orang Yahudi yang tetap dirayakan. Misalnya
“Pondok Daun”, Hari Raya Panen, Paskah
(keluarnya Bangsa Israel dari tanah Mesir). Berdasarkan alasan diatas, maka
tepat bagi orang Kristen Tionghoa untuk merayakan tahun baru Imlek.
Ibadah
perayaan Imlek 2566 di GMI Sion Pasar Jambi menampilkan Paduan Suara Pujian
dari Guru Sekolah Minggu GMI Sian Pasar Jambi dalam bahasa Tionghoa dan Bahasa
Indonesia. Doa Syafaat juga dibawakan dalam bahasa Tionghoa.
Khusyuk
Sementara
itu perayaan Imlek di GKPJ Jambi yang sebagian besar jemaatnya warga Tionghoa
juga meriah. Sekitar 300 umat Kristen Tionghoa di GKPJ Jambi tampak khusyuk mengikuti
ibadah perayaan Imlek tersebut. Kebaktian syukur Imlekdi gereja itu dirangkai dalam 19 item di antaranya votum, nyayian
bersama dan doa pengakuan Iman Rasuli. Kemudian ibadah itu juga diisi dengan kata
sambutan Majelis GKPJ Dkn Hendry H, pembacaan Alkitab Amsal 3:1-12, Paduan
Suara Koor Nafiri, Khotbah oleh Penatua Lukas Sim yang Guo Bin, kolekte dan doa
penutup.
Lagu
pujian dan kotbah serta pembacaan Firman Tuhan pada kebaktian ibadah Imlek
tersebut memakai bahasa Mandarin dan diterjemahkan oleh Miky Lina (penerjemaah).
Nuansa Etnis Tionghoa sangat terasa pada ibadah Imlek 2566 tersebut, termasuk
sampul Tata Ibadahnya. Persembahan pujian juga dinaikkan oleh Paduan Suara
Nafiri GKPJ serta Anak Sekolah Minggu.
Pengkotbah
Pnt Lukas Sim dengan penerjemah Dkn Miky Lina mengambil Nats Kotbahnya dari
Injil Amsal 3 : 1-12. Dari Nats itu Pnt
Lukas Sim mengambil Tema Ibadah Tahun Baru Imlek 2566 yakni “Tahun Penuh
Pengampunan, Doakan dan Berdoa”.
Pnt
Lukas Sim mengajak umat Kristen Tionghoa untuk tetap bersandar kepada Tuhan
serta meninggalkan dosa-dosa. “Agar awal tahun ini menjadi awal yang baik bagi
setiap kita untuk terbebas dari kemarahan dan kebencian, sehingga kita
mengampuni dan melupakan keselahan orang lain, dan bukan untuk membalas dendam.
Berdoa agar mengampuni menjadi gaya hidup bagi semua anak-anak Tuhan,” ujar Pnt
Lukas Sim. (Warna/Rds)