Hal tersebut ditegaskan Wakil Ketua Dewan Pers Sabam Leo Batubara kepada SP di Jakarta, Kamis (13/8). Dia menjelaskan, pada masa lalu, media massa menjadi alat perjuangan yang luar biasa, dalam mengantar Indonesia menuju kebangkitan nasional dan kemerdekaan.
Pada era sekarang ini, kata dia, tak dapat dimungkiri bahwa pers nasional sudah berubah, menjadi sebuah industri yang begitu besar, dengan peralatan yang modern dan sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa. Namun, dia meminta insan pers dan media massa, harus tetap terpanggil menjadi lokomotif, dalam terus menggelorakan paham kebangsaan dan nasionalisme.
Diakuinya, media massa, khususnya televisi, lebih mementingkan rating. Sehingga sering hal yang disajikan ke masyarakat tidak mendidik, di antaranya, perselingkuhan, kawin cerai, dan hal-hal berbau mistis serta film asing lainnya.
Pers, kata dia, jangan pernah berhenti untuk menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebinekaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar, serta melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap kebijakan penguasa yang merugikan kepentingan umum.
Peran Berubah
Anggota Dewan Pers, Ikhlasul Amal menambahkan, peran media massa dalam menggelorakan semangat kemerdekaan sudah harus berubah. Dari sekadar menayangkan atau memberitakan mengenai sejarah-sejarah perjuangan masa lalu, menjadi motor penggerak meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, media harus menjadi jembatan informasi yang benar bagi masyarakat, dengan memberitakan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Sementara itu, Ketua Forum Kebudayaan Indonesia, Luluk Sumiarso, saat deklarasi pembentukan forum tersebut di Jakarta, Kamis malam, mengatakan, media berperan membangkitkan semangat dan membangun budaya bangsa yang sudah mulai luntur. "Banyak nilai-nilai budaya bangsa yang menghilang. Kami dengan berbagai elemen bangsa mencoba, melalui Forum Kebudayaan Indonesia, menggali nilai-nilai itu untuk menjadi khazanah budaya baru bangsa," kata Luluk yang adalah mantan Dirjen Migas itu.
Salah satu kegiatan yang akan dilakukan Forum Kebudayaan Indonesia adalah menghidupkan nilai-nilai kepahlawanan melalui video game tokoh-tokoh atau pahlawan Indonesia, seperti Gadjah Mada, dan sebagainya.
Di tempat terpisah, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan, peran media dalam menumbuhkan nilai-nilai budaya bangsa dan meningkatkan pendidikan informal sangat penting. "Ada pendidikan yang tidak diregulasi, dilakukan oleh keluarga dan masyarakat secara mandiri, tanpa ada dukungan dana dari APBN. Peran media massa justru sangat besar dalam memberikan pendidikan informal," katanya. [W-12/E-7/M-17]*** {Suara Pembaruan, Kesra ,Jumat, 14/8/09}
0 Response to "Pers Harus Kembali ke Khitah"
Posting Komentar