SP/Radesman Saragih
Ismail (kanan), penjelajah Indonesia asal Indramayu, Jawa Barat, bersama anggota klub sepeda onthel Kota Jambi, Didin, di Jambi, baru-baru ini.
Penampilannya penuh percaya diri. Tak ada rasa sungkan berhadapan dengan orang-orang yang baru dikenal. Tebaran senyum dan gaya bicaranya pun bersahabat. Berbicara dengannya seperti bertemu kembali dengan sahabat karib yang sudah lama tak bersua.
Begitulah gaya Ismail (40), penjelajah Indonesia warga Indramayu, Jawa Barat ketika bertemu wartawan di pelataran parkir kantor Gubernur Jambi, Selasa (28/7). Kendati bertemu wartawan secara kebetulan dan dia tergesa-gesa untuk bertemu Gubernur Jambi, H Zulkifli Nurdin, dia tetap melayani perbincangan dengan wartawan seperti kawan sendiri.
"Nggak apa-apa ngobrol sebentar. Biasa, berbagi pengalaman," katanya. Tanpa banyak ditanya wartawan, Ismail pun secara spontan mengisahkan ihwal penjelajahan Indonesia yang dilakoninya.
Kematangan pengalaman bertemu dengan banyak orang dan menghadapi tantangan alam dalam penjelajahan dari daerah ke daerah selama ini, menempa Ismail menjadi sosok yang fleksibel dalam segala hal. Dia tak pernah merasa asing terhadap orang-orang yang baru dijumpainya. Semua orang yang baru ditemuinya di berbagai daerah dianggapnya sebagai saudara sendiri. Rasa persaudaraan itulah yang bisa memuluskan perjalanan Ismail menjelajah Indonesia selama 11 tahun.
"Saya tidak pernah melihat perbedaan antara saya dan orang-orang yang saya temui di berbagai daerah. Semua saya anggap saudara dan sahabat. Persahabatan dan persaudaraan itu menjadi modal bagi saya menelusuri seluruh pelosok nusantara ini," paparnya.
Ismail mengatakan, salah satu pihak yang banyak membantu penjelajahannya ialah klub motor dan sepeda. Selama berada di Kota Jambi, dia dibantu kelompok sepeda onthel Kota Jambi. Bantuan yang dia peroleh tidak hanya penginapan, tetapi juga petunjuk jalan, dan mempertemukannya dengan para pejabat dan profesional untuk pengumpulan tanda tangan.
Ismail mengatakan, sejak memulai penjelajahan Indonesia 20 Juni 1998, sudah hampir 197 kota, kabupaten dan provinsi yang dijelajahinya. Sedangkan, Provinsi Jambi merupakan provinsi yang ke-26 yang disinggahinya. Daerah-daerah yang dijelajahi Ismail, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
"Saya akan mengakhiri penjelajahan Indonesia ini di Jakarta tahun 2012. Untuk tahun 2009 - 2011, target penjelajahan saya seluruh daerah kabupaten, kota dan provinsi di Sumatera. Hingga Juli ini, baru beberapa daerah Sumatera yang saya kunjungi, seperti Lubuk Linggau, Provinsi Lampung, Sarolangun dan Kota Jambi, Provinsi Jambi," kata anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Menjadi penjelajah Indonesia bagi Ismail bukan sekadar ikut-ikutan. Dia bercita-cita menjadi penjelajah Indonesia sejak kelas IV SD untuk mengukir nama di Guinnes Book of Records. Dia juga ingin menjadi pengumpul tanda tangan pejabat dan profesional terbanyak di dunia.
"Sampai saat ini sudah 153 buku harian saya berisi tanda tangan serta pesan pejabat dan orang-orang profesional dari seluruh nusantara ini. Jumlah tanda tangan ini akan terus saya kumpulkan hingga menjadi yang terbanyak di dunia," katanya.
Misi
Salah satu misi mulia yang diemban Ismail dalam penjelajahan Indonesia, yakni menunjukkan bahwa Indonesia tetap satu walau berbeda-beda adat, suku, agama, dan daerah. Ismail merasakan perlu mengemban misi kesatuan dan persaudaraan masyarakat Indonesia yang berbeda-beda itu karena melihat adanya kerapuhan dalam ikatan persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia akhir-akhir ini.
Dari pengalaman penjelajahan ke berbagai daerah selama ini, Ismail merasakan bahwa pada dasarnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia itu masih cukup kental asalkan sesama warga mau menunjukkan solidaritas sosial, saling berbagi, sa- ling memberi, dan saling menolong.
"Ini saya rasakan dari pertemuan dengan warga Indonesia di berbagai daerah. Kendati saya datang dari Jawa Barat, saya tetap dianggap saudara dan mendapat bantuan dari saudara-saudara saya di Papua, Sulawesi, Bali, Maluku, Kalimantan, Sumatera, Aceh, dan daerah lain. Sepeda yang saya pakai sekarang bantuan saudara dari Aceh," katanya.
Penjelajahan Ismail selama ini tidak selalu mulus. Banyak tantangan dan pertaruhan nyawa yang harus dilalui. Ketika singgah di Timor Timur (Timtim) pascakonflik atau kemerdekaan Timtim tahun 1999, dia sempat disandera. Ismail dituduh sebagai mata-mata Indonesia karena tidak memiliki izin masuk ke Timtim yang baru merdeka. Ketika itu, Ismail menganggap Timtim masih bagian dari Indonesia. Namun, setelah menjelaskan bahwa dia penjelajah Indonesia, pihak keamanan Timtim pun membebaskannya.
Kemudian Ismail juga pernah ditangkap dan dihukum adat oleh Suku Dani di Jayawijaya, Papua. Dia direndam di air beberapa jam hanya karena menabrak seekor babi. Pengalaman Ismail yang paling mengancam nyawa ketika terdampar di kepulauan Maluku. Dia terancam tidak makan dan tidak bisa kembali keluar dari pulau. Namun, warga setempat menyelamatkannya.
Pengalaman serupa dialaminya ketika menjelajah wilayah Kalimantan. Dia kesasar masuk wilayah hutan Malaysia. "Ketika itu, satu bulan saya tidak ketemu manusia. Makan dari buah dan akar pohon. Untung saya diselamatkan polisi hutan Malaysia," katanya.
Ancaman maut tidak hanya dihadapi Ismail di daerah-daerah rawan, seperti Timtim, Papua, Maluku, dan Kalimantan. Ismail juga menghadapi ancaman maut di Sumatera. Selama menjelajah daerah-daerah di Sumatera, khususnya Lubuk Linggau, Provinsi Lampung hingga Sarolangun, Provinsi Jambi, Ismail sudah lima kali bertemu harimau. Namun, hanya sekali dia diserang harimau.
"Saya sekali dicakar harimau di batas Lubuk Linggau-Sarolangun, Mei lalu. Cakaran harimau melukai paha kanan saya sekitar 15 sentimeter. Tidak tahu kenapa, setelah mencakar, harimau tersebut pergi. Mungkin harimau itu tahu saya tidak berniat jahat, sehingga dia tidak berniat memangsa saya," katanya.
Betapa berat tantangan yang masih akan dihadapinya, penjelajahan Indonesia yang kini dilakoninya akan tetap dilanjutkan. [SP/Radesman Saragih]{Suara Pembaruan, Selasa, 4 Agustus 2009, Nusantara)
0 Response to "Mewujudkan Impian Keliling Indonesia dengan Naik Sepeda"
Posting Komentar