[JAMBI] Persekutuan Gereja-gereja
di Indonesia (PGI) mendesak Pemerintah bersikap tegas menghentikan gerakan-gerakan
radikalisme dan fundamentalisme agama di Indonesia. Pemerintah tidak boleh
membiarkan gerakan radikalisme dan fundamentalisme agama terus merajalela.
Masalahnya kelompok radikal dan fundamentalis agama di negara ini selalu identik
dengan tindak kekerasan dan kesewenang-wenangan terhadap penganut agama lain.
“Bila gerakan – gerakan
radikalisme dan fundamentalisme agama tersebut terus dibiarkan, aksi-aksi
anarkis dan tindak kekerasan bernuansa agama di Indoensia tidak akan pernah
bisa dihentikan. Pemerintah harus peduli terhadap nasib kelompok-kelompok umat
beragama di Indonesia yang selama ini menjadi korban gerakan radikalisme dan
fundamentalisme agama tersebut,”tegas Sekretaris Umum (Sekum) PGI Pusat, Pdt Gomar
Gultom MTh kepada SP di sela-sela Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI
Wilayah Provinsi Jambi di Ratu Hotel, Kota Jambi, Senin (7/5). Sidang MPL PGI
Wilayah Provinsi Jambi yang berlangsung Senin – Selasa (7 – 8/5) dihadiri
sekitar 150 orang pendeta dan pimpinan dari 50 gereja di Jambi.
Seretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
(PGI) Pusat, Pdt Gomar Gultom MTh (depan) didampingi Ketua Umum PGI Wilayah
Provinsi Jambi, Pdt Dr David Farel Sibuea MTh (kiri) memukul gong membuka Sidang
Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI Wilayah Provinsi Jambi di Ratu Hotel Kota
Jambi, Senin (7/5). [SP/141]
Menurut Gomar, gerakan radikalisme dan fundamentalisme agama di Indonesia belakangan ini semakin merajalela karena adanya pembiaran dari pemerintah. Pembiaran itu nampak dari sikap aparat keamanan yang terkesan membiarkan segala tindak kekerasan bernuansa agama di berbagai pelosok Tanah Air.
Rumah ibadah penganut agama
tertentu dirusak sekelompok masyarakat atas nama agama, namun pemerintah,
termasuk pihak keamanan tidak tegas terhadap pelaku perusakan tersebut. Bahkan
aksi-aksi anarkis mengatas-namakan agama tersebut terjadi dari satu daerah ke
daerah yang lain tanpa ada proses hukum
yang tegas.
“Aksi-aksi anarkis
mengatas-namakan agama ini kan
sudah merupakan pencabik-cabikan konstitusi. Tapi mengapa pemerintah diam saja.
Ini namanya pembiaran terhadap gerakan radikalisme dan fundamentalisme agama.
Pembiaran ini membuat umat beragama yang termasuk kelompok minoritas di
beberapa daerah semakin diliputi rasa tidak aman dalam menjalankan ibadah
mereka,”paparnya.
Gomar menegaskan, aparat
keamanan, khususnya pihak kepolisian harus lebih berani dan profesional dalam
menyikapi dampak gerakan radikalisme dan fundamentalisme agama di Indonesia saat
ini. Ketegasan aparat keamanan itu penting guna menjamin rasa aman umat beragama
dalam menjalankan ibadah mereka. Kalau ada kelompok-kelompok masyarakat
tertentu melakukan kekerasan terhadap kelompok masyarakat lain, aparat keamanan
harus tegas menumpas para pelaku tindak kekerasan tersebut.
“Apa pun alasannya, walaupun atas
nama agama, tidak ada seorang pun di negara ini yang berwenang merubuhkan rumah
ibadah, sekalipun rumah ibadah tersebut tidak memiliki ijin. Tindakan perusakan
rumah ibadah dan pencederaan terhadap orang lain, kendati itu dilakukan atas
nama agama, hal itu sudah termasuk tindakan kriminal. Untuk itu pihak
kepolisian harus menindak para pelaku tindak kriminal tersebut,”tegasnya.
Sementara itu dalam sambutannya pada
Sidang MPL PGI Wilayah Provinsi Jambi tersebut, Gomar mengatakan, pemerintah
hingga kini terkesan tak berdaya mengatasi masalah-masalah kekerasan,
ketidak-adilan dan pelanggaran hukum di negara ini.
“Sepertinya ada kelompok tertentu
yang “menyandera” pemimpin-pemimpin negara ini, sehingga mereka tidak mampu
mengatasi tindak-tindak kekerasan di masyarakat, termasuk tindak kekerasan
bernuansa agama. Kondisi harus terus
kita kritisi agar pemerintah benar-benar serius menghentikan gerakan
radikalisme dan fundamentalisme agama ini,”katanya.
Sumbangsih Gereja
Gomar, di bagian lain sambutannya mengatakan, Gereja atau umat Kristen di berbagai pelosok Tanah Air harus semakin meningkatkan sumbangsih untuk memajukan pembangunan daerah. Peningkatan partisipasi umat Kristen dalam pembangunan daerah ini akan meningkatkan sikap penerimaan warga masyarakat beragama lain terhadap umat Kristen.
Untuk wilayah Jambi, lanjut Gomar,
umat Kristen juga perlu mendukung program pemerintah di bidang budaya dan
pariwisata. Dukungan itu penting karena sektor budaya dan pariwisata termasuk
salah satu potensi andalan Jambi dalam memajukan perekonomian daerah dan
masyarakat yang selama ini kurang diperhatikan.
Dikatakan, untuk mendorong
pembangunan pariwisata tersebut, umat Kristen di Jambi perlu berpartisipasi
mendukung perjuangan Jambi mengangkat potensi wisata Candi Muarojambi. Umat
Kristen di Jambi harus meningkatkan aksi agar Candi Muarojambi bisa masuk
menjadi salah satu warisan dunia (world heritage).
Saat ini, katanya, Jambi berjuang memperoleh dukungan secara
lokal dan nasional untuk mengusulkan kepada badan pendidikan dan kebudayaan
dunia (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization/UNESCO) agar Candi Muarojambi bisa menjadi salah satu warisan
dunia.
“Mari kita dukung melalui
internet, short message service (SMS) dan upaya lain agar Candi Muarojambi bisa
masuk warisan dunia. Upaya ini juga merupakan salah satu partisipasi Gereja
yang bermanfaat bagi pembangunan Jambi,”paparnya. (Warna/Rds) (Sumber : Dok : St R Saragih, Jambi, 7 Mei 2012)
0 Response to "Gerakan Radikalisme Agama di Indonesia Harus Dihentikan"
Posting Komentar