Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort (Wilayah) Jambi
terus mengembangkan pelayanan. Setelah mekar menjadi tiga resort, yakni
GKPS Resort Palembang, Sumatera Selatan tahun 2001 dan dengan GKPS
Resort Muarabungo, November 2011, GKPS Resort Jambi juga mengembangkan
diri dengan melakukan pemekaran jemaat.
Sejak Minggu, 23 Oktober 2011, GKPS Jambi menjadi dua, yakni GKPS
Kotabaru Jambi atau gereja induk dan GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Kota
Jambi.Sejak awal diresmikan sebagai GKPS Persiapan Tanah Kanaan memiliki
sekitar 33 kepala keluarga (KK) atau sekitar 200 jiwa. Kendati
beribadah di rumah ibadah yang masih terbuat dari bangunan darurat, GKPS
Persiapan Tanah Kanaan terus bertekun bersekutu.
Sebelum menempati rumah ibadah darurat di kawasan Simpang Rimbo, Kota
Jambi, selama dua tahun terakhir, warga jemaat GKPS Persiapan Tanah
Kanaan yang sebagian besar bermukim di pinggiran Kota Jambi itu
melakukan ibadah di rumah-rumah warga jemaat. Ibadah berpindah-pindah
dari rumah ke rumah itu terpaksa dilakukan karena warga jemaat tidak
bisa membangun rumah ibadah di lahan yang telah mereka miliki di Lorong
Banyumas, Aur Duri, Kota Jambi.
Mereka terpaksa kembali membeli lahan lokasi gereja baru di tengah
kebun karet, Lorong Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru
Jambi, sekitar 12 Km dari pusat Kota Jambi.Pada hari Minggu
(12/6/2012), warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi
melakukan ibadah atau kebaktian perdana di lokasi gereja yang baru
tersebut.
Warga Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi tampak bersuka
cita bersama setelah “sukses” melaksanakan ibadah perdana di gereja
darurat, Lorong Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru,
Kota Jambi, Minggu (17/6/2012). [SP/141]
Ketua Majelis Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan, St Johnieez Pane
Saragih Sidauruk seusai kebaktian tersebut mengatakan, kebaktian perdana
yang mereka lakukan secara sederhana di lokasi gereja yang baru
tersebut masih agak dipaksakan. Masalahnya mereka belum mengantongi izin
lingkungan atau masyarakat sekitar untuk membangun rumah ibadah dan
beribadah di lokasi itu.
Dikatakan, GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi memberanikan diri
membangun rumah ibadah darurat dan melaksanakan ibadah di lokasi gereja
yang baru itu hanya karena adanya kearifan lokal masyarakat sekitar dan
pemerintah setempat.
Warga masyarakat sekitar tidak mengizinkan mereka membangun rumah
ibadah di lokasi itu karena tak ada warga jemaat yang bermukim di
sekitar lokasi bakal lahan gereja. Kemudian warga masyarakat sekitar pun
tidak ada yang bersedia memberikan tanda tangan persetujuan pembangunan
gereja di lokasi gereja tersebut.
“Kita hanya diizinkan warga masyarakat sekitar dan pemerintah
setempat membangun rumah tinggal di lokasi lahan gereja ini. Namun kita
diberikan kesempatan melaksanakan ibadah di lokasi ini. Ibadah di lokasi
ini pun belum bisa dilaksanakan setiap minggu,”paparnya.
Johniez mengatakan, pihaknya optimistis GKPS Persiapan Tanah Kanaan
Kota Jambi bisa membangun rumah ibadah sederhana nantinya di lokasi yang
baru itu karena sekitar beberapa ratus meter dari lokasi lahan gereja
kita sudah berdiri gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Gereja
HKBP tersebut juga masih darurat dengan dinding setengah tembok tanpa
diplester.
Demi Anak-anak
Menurut Johniez, GKPS Tanah Kanaan Kota Jambi tetap akan
mempertahankan persekutuan mereka setelah dimekarkan dari GKPS Kotabaru
Jambi satu tahun lalu kendati izin membangun rumah ibadah di Kota Jambi
masih sulit. Kehadiran GKPS di pinggiran Kota Jambi dinilai sangat
penting karena penyebaran warga Kristen Simalungun di pinggiran Kota
Jambi itu semakin banyak.
Saat ini jumlah warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan sebanyak 33
kepala keluarga dengan jumlah 200 jiwa. Sebagian besar warga jemaat
berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Dikatakan, kondisi ekonomi yang sulit dan jarak permukiman warga yang
jauh ke GKPS Kotabaru Jambi, yakni sekitar 12 Km sangat menyulitkan
warga GKPS daerah pinggiran Kota Jambi itu setiap minggu. Alasan ekonomi
dan kondisi ekonomi tersebut sering membuat warga jemaat GKPS di
pinggiran kota ini tidak beribadah setiap minggu.
“Hal ini tidak bisa kita biarkan agar anak-anak GKPS di pinggiran
Kota Jambi tidak sampai terabaikan dalam pembinaan agama dan moralitas.
Kehadiran GKPS Persiapan Tanah Kanaan juga penting untuk mengatasi
kesulitan pendidikan agama Kristen bagi anak-anak kita di
sekolah-sekolah negeri pinggiran kota yang tidak ada guru agama
Kristennya,”katanya.
Tetap Berjuang
Sementara itu anggota Synode Bolon (Sidang Raya) GKPS utusan Provinsi
Jambi, St GM Saragih MSi mengatakan, pihaknya akan terus berjuang
mendapatkan izin membangun gereja bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan agar
jemaat tersebut tidak lagi melaksanakan ibadah di rumah-rumah secara
berpindah-pindah. Pelaksanaan ibadah dari rumah ke rumah secara
berpindah tersebut dinilai kurang baik secara psikologis bagi anak-anak,
remaja dan pemuda.
“Beribadah secara berpidah-pindah dari rumah ke rumah ini bisa
menumbuhkan rasa rendah diri bagi anak-anak, remaja dan pemuda kita
menjadi warga GKPS. Akhirnya mereka bisa tidak mau ikut ibadah minggu
bersama orang tua. Keadaan ini tidak baik bagi pendidikan agama dan
moralitas anak-anak. Karena itu pembangunan gereja GKPS Persiapan Tanah
Kanaan ini harus terus diperjuangkan,”katanya.
Dijelaskan, satu-satunya solusi terbaik untuk mendapatkan izin
beribadah bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan di lokasi gereja yang ada
sekarang hanya menggugah kearifan lokal masyarakat sekitar. Kalau
pembangunan gereja di Kota Jambi hanya mengacu pada peraturan Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan
Nomor 8 Tahun 2006 mengenai pembangunan rumah ibadah sangat tidak
mungkin. Masalahnya tidak ada warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan
yang bermukim sebanyak 90 orang di sekitar lokasi lahan gereja mereka
yang baru. Kemudian mendapatkan tanda tangan 60 orang warga sekitar yang
menyetujui pembangunan gereja juga sangat sulit.
Jadi, kata GM Saragih, satu-satunya cara untuk mendapatkan izin
beribadah di pinggiran Kota Jambi melakukan pendekatan sosial dan budaya
kepada masyarakat. Salah satu pendekatan itu melalui aksi-aksi
kepedulian sosial kepada warga masyarakat kurang mampu di lingkungan
lokasi gereja.
“Biarlah kita tak mendapatkan izin membangun gedung gereja asalkan
kita bisa beribadah di satu lokasi dengan bangunan gereja
sederhana,”katanya. [SP/141]
0 Response to "Membangkitkan Semangat Pekabaran Injil dari Pinggiran Kota Jambi"
Posting Komentar