Peningkatan Kerukunan Beragama di Era Presiden Jokowi

Selamat atas Pelantikan 
Joko Widodo (Jokowi) & Jusuf Kalla (JK) 
Menjadi Presiden RI VII
Jakarta, Senin, 20 Oktober 2014

  
 Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2014 - 2019
Hasil Pemilihan Presiden Langsung, 9 Juli 2014. (Foto : Ist)

Rakyat Indonesia benar-benar berpesta hari ini, Senin (20/10/2014) menyambut dan merayakan pelantikan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) VII. Pesta rakyat tersebut dilakukan rakyat Indonesia di seluruh penjuru Nusantara.  Ada yang merayakan pelantikan Presiden dan Wakil  Presiden, Jokowi - JK dengan konvoi keliling kota dan banyak juga yang merayakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pilihan rakyat periode 2014 - 2019 tersebut dengan pesta rakyat seperti pesta Salam Tiga Jari di Monas, Jakarta, Senin (20/10/2014) malam. 

Tentunya pesta tersebut semuanya merupakan ungkapan hati rakyat Indonesia yang paling dalam karena suara rakyat berhasil memilih Presiden dan Wakil Presiden RI  baru. Presiden dan Wakil Presiden RI baru tersebut tentunya diharapkan juga membawa harapan dan perubahan baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi umat Kristen di Indonesia. Harapan baru umat Kristen di Indonesia terhadap Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi - JK terutama mengenai adanya perubahan kehidupan baru di kalangan umat beragama. 

Umat Kristen di Indonesia berharap semakin ada jaminan kebebasan beribadah dan membangun rumah ibadah yang disertai dengan meningkatnya toleransi kehidupan umat beragama. Toleransi beragama tersebut menjadi kunci utama terciptanya kerukunan umat beragama, karena melalui toleransi tersebut, seluruh umat beragama di Indonesia akan menjadi saling menghargai, saling menolong dan saling pengertian seperti sahabat karib yang mempu menjalin rasa persaudaraan sejati. 


Pembangunan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Syaloom Aur Duri Kota Jambi
yang Terbengkalai  Akibat Dihentikan Pemerintah Kota Jambi sejak 2011. Warga HKBP Berharap Pembangunan Gereja Tersebut Bisa Dilanjutkan di Era Presiden dan Wakil Presiden Jokowi - JK. (Foto : Warna/Rds)

Mampukah Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi - JK mewujudkan impian umat Kristen Indonesia tersebut di masa mendatang, Jawabannya tentu mampu asalkan para wakil rakyat yang telah dipilih rakyat dan kini duduk di DPRD dan DPR RI benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat, bukan menjegal kebijakan - kebijakan pemerintahan baru. 

Salah satu kepastian yang bisa kita jadikan pegangan tentang kemampuan Jokowi - JK membangun dan meningkatkan kerukunan beragama di Tanah Air di masa mendatang bisa disimak dari sambutan Presiden Jokowi seusai mengucapkan sumpah dan janji menjadi Presiden di Gedung MPR RI, Jakarta, Senin, 20 Oktober 2015. 

Berikut petikan sambutan Presiden Jokowi tersebut :

Salam sejahtera untuk kita semuanya
Om swastiastu namo buddhaya

Yang saya hormati, pimpinan dan seluruh anggota MPR
Yang saya hormati, Wakil Presiden
Yang saya hormati, Bapak BJ Habibie, Presiden ketiga RI
Yang saya hormati, Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima RI
Yang saya hormati, Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden keenam RI
Yang saya hormati, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Kesembilan RI
Yang saya hormati, Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia keenam
Yang saya hormati, Boediono, Wakil Presiden kesebelas RI
Yang saya hormati, Ibu SInta Nuriyah Wahid
Yang saya hormati, rekan dan sahabat baik saya, Prabowo Subianto dan
Hatta Rajasa
Yang saya hormati, yang mulia kepala negara dan pemerintahan dan
utusan khusus negara sahabat
Para tamu undangan yang saya hormati, saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air

Hadirin yang saya muliakan,
Baru saja kami, Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengucapkan sumpah. Sumpah itu memiliki makna yang amat dalam, komitmen bekerja keras mencapai cita-cita bersama sebagai bangsa yang besar. Ini saatnya menyatukan hati dan tangan, ini saatnya bersama sama melanjutkan sejarah berikutnya, yakni mencapai kejayaan indonesia di bidang politik dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Saya yakin beban sejarah yang mahaberat ini akan dapat kita pikul bersama dengan persatuan, dengan gotong royong, dengan kerja keras. Persatuan dan gotong royong sangat menjadi bekal untuk menjadi bangsa besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan
dan keterpecahan. Dan kita tidak akan betul-betul merdeka tanpa kerja keras.

Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok tanah air merasakan pelayanan pemerintahan. Saya mengajak seluruh lembaga negara untuk bekerja dengan semangat yang sama  dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.  Saya yakin, negara ini akan makin kuat dan berwibawa jika seluruh lembaga negara bekerja sesuai mandat yang diberikan konstitusi kita.

Kepada para nelayan, buruh, petani, para pedagang pasar, para pedagang asongan, sopir, akademisi, TNI, Polri, pengusaha, dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong royong, karena ini lah momen bersejarah bagi kita semua
untuk bergerak bersama-sama untuk bekerja, untuk bekerja, dan bekerja.

Hadirin yang mulia,
Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri. Kita ingin jadi bangsa yang menyusun peradaban sendiri, bangsa yang kreatif, yang bisa mengembangkan peradaban global. Kita harus bekerja sekeras-kerasnya,
bahu-membahu. Sebagai negara maritim, samudra, laut, selat dan teluk adalah masa peradaban kita.

Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga 'Jalesveva Jayamahe', di laut justru kita jaya, sebagai semboyan kita di masa lalu bisa kembali.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Kerja besar dalam bangsa memang tidak mungkin dilakukan sendiri oleh presiden dan wakil presiden ataupun jajaran pemerintah yang saya pimpin. Tapi membutuhkan topangan kekuatan bersama, kekuatan yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.

Lima tahun ke depan jadi momentum yang tepat bagi kita sebagai bangsa yang merdeka. Oleh sebab itu, bekerja, bekerja, dan bekerja adalah yang utama. Saya ingin bekerja keras dan gotong royong. Kita akan mampu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia meningkatkan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial .

Saudara sebangsa dan setanah air,
Atas nama rakyat dan pemerintahan Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada yang mulia kepala negara, kepala pemerintahan dan utusan khusus  dari negara sahabat.

Saya ingin menegaskan bahwa pemerintahan saya indonesia sebagai negara terbesar ketiga, dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara akan terus menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, yang diartikan untuk kepentingan nasional dan
untuk menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya atas nama pribadi, atas nama wakil presiden M. Jusuf Kalla, atas nama bangsa Indonesia, menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama 5 tahun terakhir.

Hadirin yang saya muliakan,
Mengakhiri pidato saya ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang diutarakan oleh Presiden pertama RI Soekarno bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara yang kuat, negara yang makmur, kita harus memiliki jiwa cakrapatih samudra , jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan
hempasan ombak yang menggulung.

Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal RI dan berlayar bersama menuju Indonesia raya. Kita akan mengembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudra dengan kekuatan kita sendiri.
Dan saya akan  berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya luhur kita bersama.

Assalamaulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga Tuhan memberkati, om shanti shanti om namo buddhaya. 



Kedekatan hubungan antara tokoh/pemimpin agama dengan  para pemimpin pemerintahan di daerah memiliki pengaruh besar dalam upaya penciptaan kerukunan hidup beragama.Ketua Umum Persekuruan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pusat, AA Yewangoe (kiri) ketika dijamu Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (kabab) di rumah dinas Gubernur Jambi seusai pelaksanaan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI Wilayah Jambi di Jambi, 28 Maret 2011. (Foto : Warna/RSM)

0 Response to "Peningkatan Kerukunan Beragama di Era Presiden Jokowi "

Posting Komentar