Mencari Rumah Baru untuk Gajah Sumatra

SP/Radesman Saragih

Seekor gajah sumatra ("Elephas maximus sumatraensis") yang ditemukan petani di kebun sawit kini dijadikan koleksi wisata di Kebun Binatang Kota Jambi, Provinsi Jambi. Foto diambil baru-baru ini.

ubernur Jambi Zulkili Nurdin agak berat menjawab pertanyaan wartawan tentang serangan gajah sumatera (Elephas maximus sumatraensis) di perkebunan kelapa sawit petani Tebo, Provinsi Jambi. Ia tertegun sejenak, baru berkomentar.

"Susah ini. Habis harimau mengamuk memangsa manusia di Muarojambi, kini gajah lagi yang ngamuk merusak sawit petani. Semua ini terjadi, inti persoalannya hanya satu. hutan kita sudah rusak. Tak ada lagi rumah bagi satwa langka yang dilindungi ini," kata Zulkifli di Jambi, baru-baru ini.

Dia seolah memeras otak menanggapi pertanyaan wartawan yang bertubi-tubi terkait teror gajah di kebun sawit petani Desa Sekutur Jaya dan Bukit Pemuatan, Kecamatan Serai Serumpun, Kabupaten Tebo. Serangan tersebut sudah hampir tiga pekan tidak bisa dikendalikan. Kebun sawit petani yang rusak sudah mencapai ratusan hektare (ha).

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Jambi telah berupaya mengusir 80 ekor gajah yang berkeliaran di kebun sawit itu. Namun, hasilnya nihil. Gajah yang ke luar dari Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) itu tetap bercokol di kebun sawit.

Warga transmigrasi di Tebo kian resah. Kebun sawit mereka yang rusak dilalap gajah makin luas. Kerugian materi petani pun makin besar. Tak ada lagi harapan bagi petani untuk bertahan di desa itu, jika serangan gajah tak bisa dikendalikan. Justru permukiman mereka juga terancam menjadi sasaran serangan gajah.


Nyaris Lenyap

Pokok persoalan gangguan gajah itu hanya satu, yakni kerusakan hutan yang sudah di luar batas toleransi. Sampai-sampai tempat hidup satwa pun nyaris lenyap. Kondisi itu kian parah sejak otonomi daerah. Keruakan hutan di kawasan TNBT wilayah Tebo dan Riau tidak terkendali. Hal itu dipicu sikap pemerintah daerah yang terlalu royal mengeluarkan izin pemanfaatan kayu (IPK).

Yang lebih memprihatinkan, para pemegang IPK tidak menebang hutan di areal mereka, tetapi mencuri kayu hingga di luar areal sampai ke kawasan hutan lindung. Kondisi ini diperparah lagi dengan konversi hutan menjadi kebun kelapa sawit dan hutan tanam-an industri (HTI).

"Laporan yang saya terima selama ini, para pemegang IPK dari bupati rata-rata mencuri kayu. Mereka tidak menebang hutan di areal yang mereka punya. Mereka menebang kayu di luar areal mereka. Jadi, IPK tersebut dijadikan sekadar tameng," katanya.

Sebenarnya, sejak tahun 2000, dia sudah beberapa kali mengimbau agar para bupati tidak lagi mengeluarkan IPK, tetapi mereka mengabaikan. Keadaan seperti ini tidak akan teratasi kalau para bupati masih tetap mengeluarkan IPK.

Direktur Program Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi Jambi, Robert Aritonang mengatakan, kelestarian satwa langka, termasuk gajah sumatra di kawasan TNBT kini kian terancam. Seringnya gajah TNBT masuk ke kebun sawit petani membuat populasi gajah sering mati dibunuh petani.

Seekor gajah betina berusia enam tahun itu ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit milik PT Inti Startindo Agromakmur (ISA) Desa Semanbu, Kabupaten Tebo, tahun lalu. Gajah tersebut keluar dari TNBT, karena kesulitan mendapat makanan di hutan yang kian rusak.

Menurut Robert, TNBT yang memiliki luas 144.233 ha di Riau dan 33.000 ha di Jambi saat ini makin rusak. Kerusakan hutan di Kabupaten Tebo mencapai 146.356 ha, termasuk di dalamnya kerusakan wilayah penyangga TNBT. Sedangkan, kerusakan hutan di Provinsi Jambi mencapai 971.049 ha.


Jangan Dikorbankan

Gubernur Jambi mengatakan, para petani di Tebo jangan sampai dikorbankan demi penyelamatan gajah. Sebaliknya, gajah juga jangan sampai punah demi menyelamatkan kehidupan petani. Gajah dan petani transmigrasi di Tebo harus sama-sama diselamatkan.

Rumah baru harus diperjuangkan bagi petani transmi- gran asal Jawa di Jambi. Namun, gajah sumatra juga perlu mendapatkan kembali rumah mereka yang hilang karena kehancuran hutan.

Untuk itu, gajah sumatra yang berkeliaran di kebun sawit petani Tebo akan digiring kembali ke TNBT. Sumber makanannya lebih banyak di sana. Supaya gajah tidak bisa lagi menyeberang, di perbatasan hutan dengan kebun petani dibangun kanal atau parit.

Pembatas ini dibuat untuk menyelamatkan masyarakat. Biayanya diupayakan dari bantuan Departemen Kehutanan. Penggiringan gajah kembali ke hutan TNBT ini penting untuk menyelamatkan masyarakat di sekitarnya, sekaligus menyelamatkan gajah.

"Kasihan warga yang membuka kebun sawit di sekitar TNBT. Mereka sudah lama berusaha, mengeluarkan modal besar membangun kebun sawit. Ternyata sebelum sawit mereka berbuah, sudah dirusak gajah," paparnya.

Kepala KSDA Provinsi Jambi Didi Woerjanto mengatakan, serangan gajah ke kebun sawit petani Kecamatan Serai Serumpun sudah terjadi sejak 2002. Luas kebun sawit mereka yang rusak hingga saat ini sudah mencapai 171 ha. Masyarakat transmigrasi dari Jawa Timur yang menghuni desa itu kini frustrasi. Penanganan gangguan gajah harus dipercepat. Hingga Minggu (10/5), sekitar 80 gajah yang masuk ke perkebunan sa- wit petani Tebo belum bisa dihalau.

Gajah tersebut akan digiring kembali ke TNBT. Petani transmigrasi yang menjadi korban serangan gajah itu tak perlu dipindahkan. Penggiringan akan dilakukan secara massal seperti penggiringan 200 ekor gajah dari perkebunan Gunung Madu ke Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Provinsi Lampung.

Jumlah personel yang dikerahkan mencapai 300 orang. Dikerahkan, beberapa helikopter untuk memantau arah pergerakan gajah dari udara. Penggiringan gajah di Lampung ketika itu menempuh jarak 60 kilometer, menelan biaya besar dan memakan waktu berbulan-bulan.

Upaya menggiring gajah ini sangat sulit bila melihat pengalaman penggiringan gajah di Lampung. Penggiringan harus bisa dilakukan demi penyelamatan gajah dan petani. Supaya rencana ini berjalan lancar, sangat dibutuhkan bantuan dana dan tenaga dari Departemen Kehutanan. [SP/Radesman Saragih]


SUARA PEMBARUAN DAILY,Last modified: 22/5/09

0 Response to "Mencari Rumah Baru untuk Gajah Sumatra"

Posting Komentar