Peranan kaum
wanita semakin meningkat dalam pelayanan di Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS), termasuk di GKPS Jambi terus meningkat. Hal itu ditandai dengan semakin bertambahnya kaum wanita di GKPS menjadi pelayan (diaken) maupun pendeta
(rohaniawan). Kelompok paduan suara wanita GKPS Jambi melantunkan lagu pujian pada perayaan Pesta Olob-olob
(Suka – cita) 111 Tahun Injil di Simalungun tingkat GKPS Jambi di Gereja GKPS
Jambi, Minggu (10/8/2014). (Foto : Warna/Rds)
(Warna/Jambi) Semangat Pekabaran Injil (PI) di tengah umat Kristen Simalungun, khususnya warga Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di mana pun berada harus tetap dikobarkan. Hal itu penting karena Injil telah banyak membawa pencerahan dan kemajuan bagi warga masyarakat dan daerah Simalungun. Kemudian gereja-gereja di daerah Batak, Sumatera Utara perlu senantiasa melanjutkan misi
seperti yang dilakukan para misionaris Jerman dan para
penginjil lokal di tanah Batak ratusan tahun silam. Misi PI di tanah Batak
tersebut perlu terus dilanjutkan sebagai salah satu proses pencerahan bagi
masyarakat Batak saat ini agar warga Kristen Batak tidak mudah terseret arus kemerosotan moral dan
terkungkung kekolotan budaya tradisional.
"Uumat Kristen di tanah Batak dan warga Kristen Batak di mana pun
berada tidak bisa mengabaikan kelanjutan PI di masa sekarang karena masyarakat
Batak masih tetap perlu pencerahan dari terang Injil. PI tetap membawa
pencerahan bagi masyarakat Batak kendati perkembangan Injil di tanah Batak dan
Indonesia sekarang ini cukup pesat,"kata Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort Jambi,
Pendeta (Pdt) JP Tamsar STh pada ibadah Pesta Olob-olob (Suka-cita) 111 Tahun
Injil di Tanah Simalungun tingkat Jemaat GKPS Jambi di Gereja GKPS Jambi,
Minggu (10/8). .
Injil
yang disebarkan para misionaris Jerman dan para penginjil lokal di tanah Batak ratusan
tahun silam, lanjut Pdt JP Tamsar, membawa pencerahan bagi masyarakat Batak.
Salah satu pencerahan tersebut, yakni kesediaan para tuan – tuan di tanah Batak
tempo dulu memberikan anak-anak perempuan mengikuti pendidikan. Melalui
pendidikan perempuan berbasis Injil yang dilakukan para misionaris Jerman,
perempuan Batak pun terbebas dari budaya kolot yang menyatakan kaum perempuan
hanya bertugas meneruskan keturunan dan mengurus dapur.
“Injil
telah membebaskan masyarakat Batak, termasuk kaum perempuan dari keterbelakangan
dan kekolotan budaya masa lalu. Karena itu, umat Kristen Batak pun hendaknya
terus melanjukan PI di masa sekarang agar masyarakat Batak, khususnya umat
Kristen Batak terbebas dari ancaman kemerosotan moral, sikap cepat putus asa
menghadapi masalah kehidupan dan perilaku hidup pragmatis untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari,”katanya.
JP
Tamsar mengatakan, peranan kaum wanita atau permpuan dalam PI di tanah Batak
ratusan tahun silam sangat besar. Para penginjil wanita tempo dulu bahkan lebih
memiliki jiwa militan mengabarkan Injil kepada warga masyarakat Batak yang
masih menganut animisme. Militansi pengijil wanita itu pun akhirnya membuahkan
hasil yang bisa dipetik kaum wanita Kristen Batak sekarang ini.
Menurut
JP Tamsar, pada zaman dulu, sebelum Injil disiarkan di tanah Batak, kaum wanita Batak
tidak bisa menolak permintaan tuan – tuan dan raja menjadi selir akibat belum
adanya pencerahan mengenai peran wanita dalam pembangunan masyarakat. Namun
kini, wanita Kristen Batak sudah sangat dihargai sebagai penopang dalam
pembangunan keluarga, gereja dan masyarakat. Semua itu tercapai berkat Injil
yang membawa pencerahan.
“Karena
itu kaum wanita Kristen Batak saat ini perlu tetap mewarisi sikap militan dalam
PI di daerah masing – masing. Kegigihan kaum wanita Kristen Batak mengabarkan
Injil, baik di lingkungan keluarga, gereja dan masyarakat akan membantu warga
masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki kemampuan untuk menolak beragam
godaan hidup yang merusak moralitas dan mengikis iman,”katanya. (Warna/Rds)
0 Response to "Semangat Pekabaran Injil di Simalungun Harus Tetap Dikobarkan"
Posting Komentar