Bencana Asap Melanda Sumatera, Salah Siapa?


Asap tebal yang hingga Jumat (11/09/2015) masih menyelimuti Kota Jambi berasal dari kebakaran lahan gambut di Kabupaten Tanjungjabung Timur dan Muarojambi. Lahan gambut yang terbakar di kedua daerah itu sebulan terakhir mencapai 33.744 hektare. Salah satu areal lahan gambut yang terbakar di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi baru-baru ini. (Warna/Ist/Rds)

Puluhan Ribu Warga Kota Jambi Terserang Penyakit ISPA

(Warna/Jambi) – Batuk – batuk, suara sengau akibat flu dan penggunaan masker menjadi pemandangan khas terlihat pada pelaksanaan pesta suka cita Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Distrik 25 Jambi di halaman HKBP Kotabaru, Kota Jambi Minggu (13/09/2015).  

Warga HKBP Jambi banyak batuk, flu dan menggunakan masker pada pesta tersebut akibat asap tebal menyelimuti Kota Jambi saat itu. Sedangkan pesta dilaksanakan di luar gedung gereja, di bawah tenda. Pesta suka cita HKBP tersebut terpaksa diikuti warga jemaat karena sudah menjadi program yang perlu disukseskan.

Keterpaksaan menembus asap dalam pelaksanaan kegiatan gereja juga dilakukan warga Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort Jambi. Kaum bapa dan pemuda GKPS Resort Jambi terpaksa bertarung melawan asap pada pertandingan bola voli yang dilaksanakan Sabtu (12/09/2015) untuk memeriahkan Pesta Olob – Olob (Suka Cita) memperingati 112 Tahun Pekabaran Injil di Simalungun tingkat GKPS Resort Jambi.

Selain itu segenap warga jemaat GKPS Resort Jambi juga harus melawan tebalnya asap melakukan latihan-latihan koor, vocal grup dan tari untuk mensukseskan Pesta Olob-Olob GKPS Resort Jambi  yang dilaksanakan Sabtu – Minggu (19 – 20/09/2015).

Warga GKPS Resort Jambi bersemangat melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan menyongsong Pesta Olob-Olob tersebut karena merasa bersyukur atas Pekabaran Injil di Simalungun. Selain itu Pesta Olob-Olob tersebut juga bakal dihadiri Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS, Pdt Martin Rumanja Purba, MTh.

Bencana asap akibat kebaran hutan dan lahan gambut di Jambi mengakibatkan kualitas udara di Jambi memburuk dan belasan ribu warga Jambi terserang penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Untuk melindungi diri dari bahaya asap tersebut, warga hanya bisa menggunakan masker. Warga Kota Jambi menggunakan masker ketika menjemput anak-anak mereka dari tempat les, Kamis (10/09/2015). (Foto : Warna/Rds)

Tetap Prihatin

Kendati warga HKBP dan GKPS Jambi terkesan memaksakan diri menggelar kegiatandi tengah tebalnya asap, namun bencana asap yang melanda Jambi tetap menimbulkan keprihatinan. Keprihatian tersebut disebabkan banyaknya dampak asap terhadap warga gereja di Jambi serta warga masyarakat secara umum di Jambi dan Sumatera.

Akibat asap tebal yang menyelimuti Jambi hampir dua bulan,warga masyarakat yang terserang penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sangat banyak. Korban ISPA tersebut termasuk juga warga gereja di Jambi. Bahkan tak sedikit anak-anak warga gereja di Jambi sampai berobat ke rumah sakit/dokter akibat penyakit ISPA.

Berdasarkan data yang dilansir (diberitahukan) Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, jumlah warga kota itu yang terserang penyakit ISPA hingga Senin (14/9) mencapai 20.741 orang. Jumlah penderita ISPA tersebut meningkat 10.741 orang atau naik sekitar 105 % dibandingkan penderita ISPA di kota itu sekitar 10.000 orang dua pekan lalu. Penyakit ISPA di Kota Jambi meningkat drastis akibat memburuknya kualitas udara hingga mencapai kondisi berbahaya akibat asap tebal dan debu kebakaran hutan maupun lahan.
 
“Drastisnya pertambahan penderita ISPA di Kota Jambi disebabkan polusi udara yang meningkat dua pekan terakhir akibat asap. Asap kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Jambi dua pekan terakhir bercampur debu sisa kebakaran hutan dan lahan. Kondisi tersebut membuat pencemaran udara meningkat,”kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Ida Yuliati.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, Rosmeli mengatakan, indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Kota Jambi terus memburuk akibat tebalnya asap di Kota Jambi. Berdasarkan pantauan Sabtu - Minggu (13/9), ISPU di Kota Jambi mencapai 409 partikel per mikron (ppm). Namun pantauan Senin (14/9), ISPU mulai menurun menjadi 323 ppm. Menurunnya ISPU tersebut disebabkan mulai menipisnya asap dan berkurangnya debu bekas kebakaran hutan dan lahan.
Warga Kota Jambi menggunakan masker ketika mengantar anak-anak sekolah, 
Kamis (03/09/2015). (Foto : Warna/Rds)

Anak Sekolah Korban

Selain penyakit ISPA, bencana asap yang melanda Jambi juga mengorbankan anak-anak sekolah. Akibat asap tebal, seluruh sekolah di Kota Jambi meliburkansiswa sudah hampir satu bulan. Liburan sekolah tersebut masih berlanjut hingga Kamis (17/09/2015). Libur sekolah tersebut menyebabkan pelajaran anak-anak sekolah terganggu.

Kemudian asap juga mengganggu berbagai aktivitas masyarakat di Jambi. Akibat asap tebal, warga Jambi mengurangi kegiatan di luar rumah, termasuk kegiatan mencari nafkah. Yang paling parah lagi, transportasi udara, sungai dan laut di Jambi lumpuh akibat asap. Hal tersebut menyebabkan warga yang hendak bepergian dari Jambi ke Jakarta dan daerah lain melalui jalur adara atau naik pesawat terbang terpaksa naik bus. Kemudian lumpuhnya transportasi sungai dan laut juga menyebabkan warga di Jambi yang hendak bepergian ke pantai timur Jambi terpaksa menggunakan jalur darat dengan ongkos yang lebih tinggi.


Kebakaran hutan dan lahan gambut di Kabupaten Tanjungjabung Timur dan Muarojambi, Jambi yang tidak bisa dipadamkan sejak Agustus – September 2015 menyebabkan bencana asap di daerah itu tak tertanggulangi. Bencana asap yang melanda Jambi hingga pekan kedua September menyebabkan penerbangan dan pelayaran di Jambi lumpuh. Alur pelayaran di Sungai Batanghari, Kota Jambi yang tertutup asap tebal, Kamis (10/09/2015). (Foto : Warna/Rds)

Salah Siapa ?

Warga masyarakat umumnya, termasuk di Jambi cenderung menyalahkan pengusaha perkebunan, kehutanan, petani berdasi dan perambah hutan terkait terjadinya bencana asap. Pembakaran hutan dan lahan dengan sengaja yang dilakukan pengusaha, petani dan perambah hutan untuk menghemat biaya ekonomi mereka membuka atau membersihkan lahan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Jambi tak bisa dicegah dan dikendalikan.

Hal itu terbukti dari terjadinya bencana asap dan kebakaran hutan maupun lahan tanpa henti sejak Juli – September 2015. Bukti dari keterlibatan pengusaha, petani berdasi dan perambah dalam kasus kebakaran hutan dan lahan sudah cukup jelas.

Menurut Manajer Komunikasi dan Publikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi, Rudy Syaf, kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di Kabupaten Tanjungjabung Timur dan Muarojambi sekitar 33.741 hektare (ha) sebulan terakhir sebagian besar terdapat di areal perusahaan. Baik itu areal perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri (HTI), hutan produksi hak pengusahaan hutan (HPH).

Sekitar 5.891 hektare (ha) perkebunan kelapa sawit berada pada areal PT Agro Tumbuh Gemilang Abadi, PT Kaswari Unggul, PT Citra Indo Niaga, PT Ricky Kurniawan Kertapers, PT Bara Eka Prima, PT Era Sakti Wiraforestama, PT Bumi Andalas,  PT Bina Makmur Bestari dan  PT Puri Hijau Lestari.

Kemudian sekitar 3.089 ha hutan gambut yang terbakar di daerah itu terdapat di areal perusahaan HTI PT Wira Karya Sakti dan PT Diera Hutani Lestari. Sedangkan 5.790  ha hutan gambut yang terbakar di Jambi dua pekan lalu berada di areal perusahaan HPH PT Pesona Belantara Persada dan PT Putra Duta Indah Wood.
“Sebenarnya sudah terbukti adanya kebakaran hutan dan lahan di areal perusahaan di Jambi dua pekan ini. Tetapi kasus kebakaran hutan dan lahan tersebut belum bisa diproses secara hukum karena sulitnya menemukan bukti adanya unsure kesengajaan yang dilakukan perusahaan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan tersebut,”katanya.

Melihat kondisi tersebut warga masyarakat sering bingung. Kebakaran hutan telah mengancam kesehatan dan kehidupan masyarakat akibat bencana asap. Namun para pelaku pembakar hutan tidak ada yang ditindak tegas. Akhirnya kebakaran hutan tetap berulang setiap tahun.

“Kalau pemerintah tegas menindak pelaku pembakaran hutan dan lahan, khususnya para pengusaha dan petani berdasi, kebakaran hutan dan lahan di Jambi, Sumatera dan Kalimantan yang terjadi setiap tahun bisa dihentikan,”kata beberapa orang warga GKPS Jambi ketika membahas masalah bencana asap.

Asap tebal yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan sangat mengganggu kegiatan warga masyarakat Kota Jambi satu bulan terakhir. Namun karena asap tebal tak kunjung berkurang, warga pun terpaksa tetap melakukan kegiatan sehari-hari. Warga Kota Jambi menerbobos asap tebal ketika berkendaraan di Kota Jambi, Kamis (10/09/2015). Foto : Warna/Rds)
Pengusaha Masih Lolos

Kendati sudah terbukti adanya kebakaran hutan dan lahan di areal perusahaan perkebunan, HTI dan HPH, namun hingga pertengahan September 2015 belum ada pengusaha diJambi yang diamankan dan diproses secara hukum terkait kasus kebakaran hutan dan lahan. Adapun pembakar hutan dan lahan yang diamankan Kepolisian Daerah (Polda) Jambi hanya petani kecil. Bukti – bukti kasus pembakaran hutan dan lahan yang berhasil diamankan dari 10 kasus pembakaran hutan dan lahan yang kini ditangani Polda Jambi antara lain satu unit mobil Toyota Kijang LGK, lima unit sepeda motor, satu unit mesin gergaji kayu (chainsaw) dan satu jerigen minyak solar.

Polda Jambi selama Agustus – September 2015 telah mengamankan 10 orang tersangka pembakar hutan dan lahan. Para tersangka ditahan dan diproses secara hukum karena terbukti membakar hutan untuk membuka lahan baru atau membersihkan lahan ketika kemarau. Sedangkan pengusaha belum ada yang diamankan terkait kebakaran hutan dan lahan.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jambi,  Brigjen Pol Lutfhi Lubihanto disela – sela Rapat Koordinasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karlahut) Provinsi Jambi di kantor GubernurJambi, Senin (14/09/2015) mengatakan, pihaknya memiliki komitmen menindak tegas para pelaku pembakar hutan dan lahan, baik itu pelaku pembakaran hutan dan lahan dari kalangan petani maupun pengusaha.

Hutan yang sudah gundul akibat kebakaran di Jambi, September 2015. Hutan tersebut diduga sengaja dibakar untukpembuikaan lahan perkebunan sawit. (Foto : Warna/Ist/Rds)
 
Para pembakar yang berhasil ditangkap di Jambi langsung ditahan dan diproses secara hukum.  Sedangkan areal perkebunan milik petani dan pengusaha yang sengaja dibakar untuk pembukaan maupun pembersihan lahan tidak diizikan dikelola.

Tindakan tegas tersebut dilakukan, kata Lutfhi Lubihanto, karena pembakaran hutan dan lahan merupakan perbuatan kejahatan/tindak pidana. Pembakaran hutan dan lahan tersebut merupakan kejahatan karena menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan hidup, baik flora (tumbuh-tumbuhan) maupun fauna (binatang). Kemudian pembakaran hutan dan lahan juga menimbulkan kesehatan yang disebabkan asap,  gangguan terhadap kegiatan masyarakat, antara lain pendidikan, transportasi, dan perekonomian.

Dikatakan, untuk meningkatkan penyidikan kasus pembakaran hutan dan lahan, Polda Jambi telah membentuk Sub Satuan Tugas (Subsatgas) Penegakan Hukum (Gakkum).  Selain melakukan penyelidikan dan penyergapan kasus pembakaran hutan dan lahan di lapangan, Subsatgas Gakkum Polda Jambi akan memberikan sanksi tegas terhadap para pelaku pembakaran hutan dan lahan.

Kaum Bapa dan Pemuda GKPS Resort Jambi tetap semangat melaksanakan pertandingan bola voli di tengah tebalnya asap di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (12/09/2015). Pertandingan bola voli tersebut dilaksanakan dalam rangka memeriahkan Pesta Olob-Olob GKPS Resort Jambi di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu – Minggu (19 – 20/09/2015). (Foto : Warna/Rds)

Menurut Lutfhi Lubihanto, sedangkan kasus pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit, hutan tamanan industri (HTI) dan hak pengusahaan hutan (HPH) belum ada yang diproses secara hukum. Kendala yang dihadapi pihak kepolisian menangani kasus pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan pengusaha antara lain mencari bukti pembakaran hutan dan lahan.

 “Pihak kepolisian sulit mendapatkan bukti-bukti kasus pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan perusahaan antara lain karena warga masyarakat di sekitar hutan enggan menjadi saksi dalam kasus kebakaran hutan dan lahan. Kemudian instansi terkait juga sering tidak memiliki bukti adanya unsur kesengajaan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di areal perusahaan,”katanya.

Para penonton pertandingan bola voli kaum bapa dan pemuda GKPS Jambi di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (12/09/2015) terpaksa pakai masker akibat asap tebal. (Foto : Warna/Rds)

Pasrah dan Berdoa

Menyikapi dilemma kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap yang melanda Jambi setiap tahun, warga Jambi, termasuk umat Kristen hanya bisa pasrah dan berdoa. Dalam ibadah di gereja, rapat gereja dan ibadah di rumah – rumah, umat Kristen di Jambi senantiasa mendoakan berkahirnya bencana asap, kebakaran hutan dan lahan.

Sembari berharap akan hilangnya asap, umat Kristen di Jambi tetap melanjutkan rangkaian kegiatan gerejawi. GKPS Resort Jambi yang hendak menyelenggaran Pesta Olob-olob Sabtu – Minggu (19 – 20/09/2015) tetap bersemangat melakukan persiapan – persiapan. Latihan koor dan vocal grup yang akan dipertandingkan pada Pesta Olob-olob tersebut tetap dilakukan kendati banyak peserta yang terkena batuk dan flu.

Beberapa warga GKPS Resort Jambi berpedapat, bencana asap yang memang meresahkan tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan persiapan Pesta Olob-olob. Pesta Olob-olob harus tetap sukses kendati asap mengganggu.

“Kalau untuk kemuliaan Tuhan Allah, apa pun kendala pasti bisa kita lalui. Untuk itu sembari mempersiapkan pesta, kita senantiasa tetap berdoa agar hujan turun dan asap menghilang menjelang pesta,”kata seorang ibu peserta kkor GKPS Kotabaru Jambi. (Warna/Rds).


Anak – anak sekolah minggu GKPS Resort Jambi menggelar perlombaan tari Simalungun di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu (12/09/2015) untuk memeriahkan Pesta Olob-Olob GKPS Resort Jambi di GKPS Kotabaru Jambi, Sabtu – Minggu (19 – 20/09/2015). Kendati asap sampai masuk ke dalam gereja, anak-anak sekolah minggu tetap semangat mempertunjukkan kebolehan mereka menari tari Simalungun :Sitalasari”. (Foto : Warna/Rds)

0 Response to "Bencana Asap Melanda Sumatera, Salah Siapa?"

Posting Komentar