Kepala Paroki Santa Teresia Jambi,
Romo Antonius Yuswita, SCJ (tiga dari kanan) dan para suster Gereja Santa
Theresia Jambi memberikan bingkisan kebutuhan kebutuhan pokok kepada warga Kota
Jambi yang kurang mampu. Aksi sosial tersebut dilaksanakan dalam rangka
memperingati Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi baru-baru ini.
[SP/Radesman Saragih]
Pekabaran
Injil (PI) di suatu daerah ternyata tidak bisa berhasil maksimal bila hanya
mengedepankan pengajaran mengenai dogma agama kepada kalangan umat. Salah satu
trik sukses PI di suatu daerah, terutama daerah yang masyarakatnya minoritas
Kristen hanya melalui pendekatan – pendekatan sosial - budaya.
Melalui
pendekatan sosial – budaya tersebut, PI mendahulukan perhatian terhadap kondisi
kesehatan, pendidikan, ekonomi dan budaya masyarakat. Melalui pendekatan
tersebut, PI akan diterima semua etnis dan golongan masyarakat. Pendekatan
sosial – budaya tersebut juga membuat PI jarang menimbulkan konflik dengan
warga masyarakat sekitar.
Konsep
PI seperti itulah yang dilakukan Paroki Santa Theresia Jambi sehingga PI Gereja
Katolik di Jambi selama 80 tahun berjalan dengan baik. Melalui pendekatan
sosial – budaya tersebut, PI yang dilaksanakan Paroki Santa Theresia Jambi
bergulir dengan damai mengikuti jejak waktu selama 80 tahun.
Gereja Katolik termasuk salah satu
denominasi Gereja yang mampu melakukan Pekabaran Injil (PI) di daerah Melayu,
Jambi tanpa banyak mengalami gesekan dengan warga masyarakat lokal. Gereja
Katolik mampu mengibarkan panji penginjilan di Jambi yang sering disebut
“Negeri Angso Duo” berkat kepiawaian para rohaniawan Katolik melakukan
pendekatan sosial dan budaya dengan warga masyarakat sekitar.
Berkat pendekatan sosial – budaya
tersebut, PI yang dilaksanakan Katolik di Provinsi Jambi bisa langgeng hingga
kini. Memasuki tahun 2016 ini, genaplah berusia 80 tahun atau dua dasawindu PI
yang dilakukan Katolik di Jambi. Perkembangan PI Katolik di daerah tersebut pun
cukup pesat.
Para misionaris atau imam
Kesukupan Agung Palembang, Sumatera Selatan dan Dewan Paroki Santa Theresia
Jambi melakukan pemberkatan pada acara penutupan puncak misa syukur peringatan
Dasawindu atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar
(ACC) Kota Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]
Kemajuan PI Katolik di Bumi
Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, julukan lain untuk Provinsi Jambi, tidak hanya
tercermin dari berdirinya beberapa Gereja Katolik di Kota Jambi hingga ke
kawasan perkebunan di daerah kabupaten.
Kemajuan PI Katolik di Jambi
Nampak juga dari semakin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Katolik Santa Theresia Jambi dan berkembangnya lembaga pendidikan Taman
kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Xaverius di Jambi. Dari
jumlah umat pun, kemajuan Katolik di Jambi cukup luar biasa. Umat Katolik yang
bernaung di bawah Paroki (Wilayah Pelayanan) Santa Theresia Jambi hingga tahun
2016 mencapai 12.000 orang.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung
Palembang, Sumatera Selatan, Romo Felix Astono Atmaja didampingi Ketua Dewan
Paroki Santa Theresia Jambi, Romo Antonius Yuswito pada puncak misa syukur 80
Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Center (ACC) Kota Jambi,
Sabtu (16/01/2016) mengatakan, perkembangan PI Katolik di Jambi tidak terlepas dari
jiwa penuh pengorbanan dan militansi para misionaris (imam) Katolik di daerah
itu.
Kendati mengalami banyak tantangan
pelayanan, para misionaris Katolik tak kenal putus asa mengabarkan Injil di
Jambi sejak 80 tahun silam. Karena itu pada misa syukur 80 Tahun Paroki Santa
Theresia Jambi 2016, sebanyak 30 orang imam Konggregasi Hati Kudus Yesus (SCJ)
turut diundang. Imam yang hadir sebagian pernah bertugas melayani umat Katolik
Jambi dan ada juga imam yang berkarya di daerah lain namun kelahiran Jambi.
“Ada enam imam, empat suster, dan
beberapa frater yang saat ini sedang menjalani pendidikan, semuanya berasal
dari Jambi. Ini juga merupakan salah satu buah yang dihasilkan Paroki Santa
Teresia Jambi selama 80 tahun berkarya di Jambi,”ujar Vikaris Jenderal
Keuskupan Agung Palembang Romo Felix Astono Atmaja.
Selama 80 tahun Paroki Santa
Theresia berkarya di Jambi, lanjut Romo Felix Astono Atmaja, jumlah umat Katolik
di Provinsi Jambi. Jumlah umat Katolik di Kota Jambi dan beberapa kabupaten di
Provinsi Jambi saat ini sudah mencapai 12.000 orang. Pertumbuhan jumlah umat tersebut
membuat Paroki Santa Theresia Jambi memekarkan diri untuk meningkatkan
pelayanan. Paroki Santa Teresia Jambi telah memiliki calon paroki baru yakni
Koasi Santo Gregorius Agung sebagai paroki pemekaran.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung
Palembang, Sumatera Selatan, Romo Felix Astono Atmaja (dua dari kanan)
menyalami umat Katolik Gereja Santa Theresia Jambi pada peringatan Dasawindu
atau 80 Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar (ACC) Kota
Jambi baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]
Napak Tilas
Napak tilas misionaris Katolik
melakukan PI di Jambi sejak era penjajahan hingga era reformasi ini cukup
panjang dan penuh liku. Menurut Romo Felix Astono Atmaja, misionaris Katolik
pertama kali menapak di Jambi sekitar tahun 1925. Pembaptisan pertama umat
Katolik di Jambi dilakukan pada 1932. Benih yang ditanam kemudian menunjukkan
hasil. Pada 16 Januari 1935 Paroki Santa Teresia Jambi resmi terbentuk.
Pimpinan pertama Paroki Jambi tersebut, Pastor Van Oort SCJ. Pastor tersebut dibantu
Bruder Felix Van Langenberg, SCJ.
“Pemberkatan dan peresmian gereja Santa
Theresia Jambi dilakukan Uskup Mgr Henricus Norb Mekkelholt, SCJ. Pada masa sulitnya
PI di tengah kehidupan warga negara Indonesia yang masih terjajah, jumlah umat
Katolik di Jambi yang telah dibaptis sekitar 30 orang,”katanya.
Menurut Romo Felix Astono Atmaja,
kehadiran pos misi PI Katolik di Jambi tidak hanya untuk memperluas
penggembalaan. Para misionaris Katolik atas bantuan Dewan Gereja Katolik melaksanakan
sejumlah karya kemanusiaan di bidang kesehatan dan pendidikan. Sekolah yang
pertama kali dibuka di Jambi, yaitu Hollandsche Chineesche School (HCS) dan
Froebel-school (setingkat sekolah dasar dan taman kanak-kanak) untuk anak-anak
Tionghoa. Kala itu sebagian ruang pastoran dipakai untuk kegiatan belajar
mengajar.
Kemudian, Pastor Hoogeboom,
penerus Pastor Van Oort, kata Felix juga membangun klinik kesehatan yang
melayani masyarakat umum. Pastor Hoogeboom mengundang suster dari Franciscan
Missionaries of Mary untuk mengelola pelayanan pendidikan dan kesehatan
tersebut. Kedua pelayanan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sekolah
Xaverius dan Rumah Sakit Theresia Jambi saat ini.
Dikatakan, pelayanan pendidikan
dan kesehatanmendapat tempat penting bagi penggembalaan Katolik di Jambi karena
hal itulah wujud nyata kehadiran gereja sebagai garam dan terang dunia. Menjadi
garam dan terang merupakan suatu martabat umat Katolik setiap menjalankan tugas
panggilan pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Terkait dengan tugas panggilan
pelayanan itulah perayaan dasawindu Paroki Santa Theresia Jambi 2016 menetapkan
tema, “Kamulah Garam dan Terang Dunia”.
Kepala Paroki Santa Teresia
Jambi, Romo Antonius Yuswita, SCJ (tengah) pada peringatan Dasawindu atau 80
Tahun Paroki Santa Theresia Jambi di Abadi Convention Centar (ACC) Kota Jambi
baru-baru ini. [SP/Radesman Saragih]
Harmoni
Romo Astono mengatakan, Pekabaran
Injil yang baik semestinya senantiasa dibarengi dengan prinsip harmoni
kehidupan sosial. Untuk itu perkembangan kehidupan sosial umat, pelayanan
kesehatan dan pendidikan haruslah dibarengi dengan perkembangan iman. Umat Katolik didorong untuk terus memberikan
sapaan kemanusiaan yang lebih baik dalam setiap perutusannya agar lingkungan
dapat merasakan kebaikan Tuhan.
“Kemudian dalam pelaksanakan PI,
pendidikan dan kesehatan, kita harus senantiasa melakukan harmoni dengan
menghargai kemajemukan atau keberagaman masyarakat. Pelayanan pendidikan,
kesehatan dan penggembalaan umat tidakbisa dilakukan dengan cara pilih kasih.
Setiap insane yangmembutuhkan pelayanan mesti diberikan pertolongan, apa pun
agamanya, sukunya, busadanya dan kelas ekonominya,”tegasnya.
Pembangunan harmoni kehidupan tersebut
tidak hanya diwujudkan Paroki Santa Theresia Jambi melalui pelayanan
berdasarkan kasih di bidang kesehatan dan pelayanan saling menolong di bidang
pendidikan. Dalam ibadah pun, Paroki Santa Theresia Jambi senantiasa menghargai
perbedaan. Hal itu ditandai dengan pelaksanaan ibadah inkulturasi. Melalui
ibadah inkulturasi tersebut, berbagai seni – budaya yang berbeda ditampilkan
dalam ibadah atau misa.
Menurut Ketua Dewan Paroki Santa
Heresia Jambi, Romo Antonius Yuswito, ibadah inkulkurasi sering mereka lakukan
pada perayaan hari - hari besar kegamaan, baik Natal, Imlek (Tahun Baru
Tionghoa) dan pesta gereja seperti pada puncak misa syukur 80 Tahun Paroki
Santa Theresia Jambi 2016.
Pada misa syukur tersebut lanjut, Antonius, lagu - lagu rohani dibawakan secara harmonis
oleh paduan suara diiringi berbagai alat musik tradisional, seperti kelompok
pemusik Tionghoa, gamelan Jawa dan gondang (musik tradisional) Batak. Pembawa
persembahan mengenakan baju adat Jawa, Tionghoa, Melayu dan Flores diiringi
oleh penari Melayu. Sedangkan Kitab Suci diarak dengan menggunakan tandu oleh
para penari Barongsay. Di akhir misa syukur,
Romo Felix dan Antonius melakukan
pemberkatan kepada umat diiringi tarian Batak, tortor.
Warga Gereja Katolik Santa
Theresia asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menampilkan tarian tradisional
Flores pada jalan santai kerukunan umat beragama di Kota Jambi baru-baru ini.
[SP/Radesman Saragih]
Ketua Panitia Peringatan Dasawindu
Paroki Santa Teresia Jambi Agus Tri Nugroho mengatakan, perayaan Dasawindu
Paroki Jambi dilkasanakan sejak Januari 2015 hingga Januari 2016. Rangkaian
kegiatan perayaan Dasawindu Paroki Jambi tersebut antara lain pertandingan olahraga, lomba lektor, rekoleksi keluarga
tingkat wilayah, kemah rohani, bazaar, lomba baju bekas dan membuat goa natal
dengan bahan bekas.
“Dalam
kegiatan sosial, kami melaksanakan
pengobatan dan pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah dan pembagian
sembako
pada kalangan kurang mampu pada masa puasa tahun lalu. Sasaran aksi
sosial
bukan hanya warga Katolik, tetapi juga warga kurang mampu Kota Jambi
yang
beragam Islam, Budha dan Hindu. Aksi sosial seperti ini kami llakukan
untuk
menunjukkan bahwa pelayanan Katolik di Jambi juga untuk masyarakat
luas,”katanya. [SP/Radesman Saragih] (Sumber : Suara Pembaruan. Com,
Jumat, 22 Januari 2016, Harian Umum Suara Pembaruan, Sabtu, 23 Januari
2016, Rubrik Faith and Life, Warna/Rds)
0 Response to "Napak Tilas 80 Tahun Pekabaran Injil Katolik di Jambi"
Posting Komentar