Olo Panggabean Sang Dermawan Itu Telah Berpulang

(Medan)Telepon selular SP pada Kamis (30/4) sejak pukul 10.30, berdering tidak seperti biasanya. Pasalnya berbagai kalangan dari berbagai profesi di kota Medan, Jakarta hingga Surabaya, menelepon atau meng-sms, mengajukan satu pertanyaan yang sama; “Benarkah Olo Panggabean telah meninggal?.” Sebuah reaksi merespon kabar yang tampaknya telah tersiar cepat hingga ke pelosok negeri. Padahal tokoh pemuda Sumatera Utara (Sumut) kharismatik yang dijuluki ”Ketua” tersebut, masih dirawat intensif di RS Mount Elizabeth Hospital, Singapura, namun keadaan kritis.

Selama tiga hari terakhir, Olo sempat beberapa kali mengalami koma karena komplikasi penyakit antara lain gula dan ginjal. Atas permintaan keluarga, karena kondisi tidak lagi memungkinkan, Olo Panggabean dibawa kembali ke kampung halamannya.

Olo dibawa mengunakan pesawat khusus medivac (medical evacuation flight) dan tiba di Polonia Medan sekitar pukul 13.30.

Ia kemudian di bawa menuju Rumah Sakit Gleneagles Medan Jalan Listrik Medan. Namun sekitar pukul 14.15, Olo menghembuskan nafas terakhirnya. ”Pihak keluarga meminta karena kondisinya sudah tidak lagi memungkinkan, sehingga beliau (Olo-red) di bawa kembali ke kampung halaman. Namun pukul 14.15, beliau meninggal,”kata Panugari Panggabean, salah seorang sanak keluarga Olo Panggabean kepada SP, Kamis (20/4) siang.

Ibarat virus, khabar meninggalnya Olo Panggabean langsung menggema di seantro kota Medan dan sekitarnya. Ribuan orang, mulai dari tukang becak, pegawai, aparat kepolisian maupun militer, terlihat memadati sekitar rumah duka yang dikenal dengan sebutan ”Gedung Putih.”

Mereka berkerumun hendak menunggu kedatangan jenasah tokoh fenomal yang dikenal dermawan dan kontroversial tersebut. Ratusan bunga papan turut berduka cita memenuhi sepanjang Jalan Sekip Medan hingga ke Gatot Subroto Medan. Sebenarkah siapakah Olo Panggabean?

Sosok Misterius

Olo Panggabean, lahir di Tarutung pada tanggal 24 Mei 1941. Pria bernama lengkap Sahara Oloan Panggabean, merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Namanya begitu terkenal, meski bagi banyak kalangan sosoknya teramat misterius.

Pada masa hidupnya, untuk menemui atau hanya melihat sosok ”Ketua” itu bukanlah perkara gampang. Hanya orang-orang tertentu yang tahu keberadaannya di suatu tempat, itupun dengan pengawalan berlapis-lapis yang selalu mengitari kemanapun dia pergi. Sang ”Ketua” itu pun selalu menghindari wartawan. Dia bahkan pernah memberikan uang kepada wartawan untuk tidak mewawancarai ataupun mengabadikan dirinya melalui foto. Sehingga jangan heran jika banyak kalangan masyarakat yang terkejut dengan kepergiannya jika masih diliputi penasaran dengan sosok Olo Panggabean tersebut.

Memang dalam pertemuan SP dengan Olo Panggabean di salah satu kota Medan, beberapa tahun lalu, sosoknya sangat bertolak belakang dari sebutannya yang dikenal sebagai ”Kepala Preman.” Perawakannya seperti orang biasa dengan penampilan yang cukup sederhana. Ia hanya mengunakan sebuah jam tangan emas tanpa satupun cincin yang menempel di jarinya. Sorot matanya terlihat berair seperti mengeluarkan air mata, tetapi memiliki lirikan yang sangat tajam. ”Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Bang, soalnya saya kan sampai sekarang masih lajang,”ujar Olo sambil tertawa, menunjukkan gigi kanan atas yang sudah mulai ompong. Meski begitu, pengawal rata-rata bertubuh besar berkumis tebal dengan kepalan rata-rata sebesar buah kelapa.

Olo Panggabean merupakan tokoh pemuda Sumut berpengaruh yang kharisma sekaligus kontroversi. Keterlibatan Olo dalam kepemudaan, telah dirintisnya semenjak ia menjadi anggota Pemuda Pancasila (PP) di bawah kepemimpinan HMY Effendi Nasution alias Pendi Keling, pada tahun 60-an. Pada saat itu Olo memulai karier sebagai debt collector. Perlahan namanya dikenal banyak orang dan mulai dijadikan sandaran bagi kalangan pengusaha sebagai backup terhadap gangguan kekerasan.

Pada 28 Agustus 1969, bersama beberapa temannya, Olo Panggabean membentuk organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) yang diberi nama Ikatan Pemuda Karya (IPK).

Melalui IPK Olo kemudian membangun ”kerajaannya” yang sempat malang melintang di berbagai aspek kehidupan di Sumut dan menghantarkannya dengan julukan ”Ketua.” Selain kerap disebut ”Kepala Preman”, yang dikaitkan dari nomor seri plat kendaraannya yang seluruhnya berujung ”KP”, Olo juga dikenal orang sebagai ”Raja Judi” yang mengelola perjudian di Sumut. Namun segala hal tersebut, belum pernah tersentuh atau dibuktikan oleh pihak yang berwajib. Terasa, tapi tidak teraba.

Olo Panggabean pernah beberapa kali terlibat masalah dengan kepolisian. Pada tahun 1999, rumah Olo di Medan Barat pernah diberondong anggota Brigade Mobil (Brimob). Pada pertengahan 2000, Olo juga dikabarkan menerima perintah panggilan dari Jenderal Sutanto, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumut terkait masalah perjudian. Namun panggilan tersebut dikabarkan ditolak Olo Panggabean, dengan hanya mengirimkan seorang wakil sebagai penyampai pesan. Ketika Sutanto menjabat sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri) tahun 2005 dengan program pemberantasan judi, berbagai ”bisnis” Olo Panggabean dikabarkan mengalami banyak penurunan. Meski demikian bukan berarti kekuatan finansial-nya, hilang begitu saja. Olo juga dikabarkan sempat mengelola bisnis properti dan real estate di kota Medan. Seiring perjalanan waktu, perlahan-lahan ”kerajaan” yang dibangun Olo Panggabean mulai memudar disamping kondisi kesehatannya yang memburuk.

Pada akhir 2008, Olo Panggabean yang kembali harus berurusan pihak polisi. Namun kali ini, kasusnya berbeda yakni untuk melaporkan kasus penipuan terhadap dirinya oleh sejumlah rekannya dalam kasus jual beli tanah sebesar Rp 20 miliar di kawasan Titi Kuning, Medan Johor.

Sang Dermawan

Terlepas dari berbagai persoalan tersebut, sosok Olo Panggabean dikenal banyak masyarakat sebagai tokoh yang sangat dermawan. Ia kerap ”menabur” uang di berbagai kegiatan yang dihadirinya. Sehingga jangan heran jika masyarakat berbondong-bondong hadir untuk dekat dengannya. Tidak sedikit pula yang kagum termasuk bercita-cita sepertinya. Tidak itu saja, Sang ”Ketua” juga tidak sungkan-sungan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Salah satu contoh, operasi kembar siam Anggi-Anjeli, bayi kembar siam asal Desa Serbelawan Kec Dolok Batu Nanggar Kab Simalungun, yang dibiayainya untuk operasi ke Singapura. ”Saya sangat merasa kehilangan dengan Pak Olo karena berkat kepedulian beliaulah kami sekeluarga bisa melihat anak saya lebih lama,”kata Sobari, ayah Anggi-Anjeli ketika dihubungi SP, Kamis (30/4).

Hal itu pula yang diakui oleh Gubernur Sumut Syamsul Arifin yang merasa kehilangan dengan meninggalnya tokoh pemuda tersebut. “Selama ini, Bang Olo merupakan tokoh pemuda yang dermawan dan memiliki kepedulian tinggi terhadap sosial masyarakat. Olo juga sering memberikan bantuan kepada mereka yang putus sekolah. Jadi kita tentu sangat kehilangan beliau,”kata Syamsul.

Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumut Anuar Shah alias Aweng mengaku bahwa Olo Panggabean merupakan tokoh pemuda senior yang sangat menghargai para juniornya. “Kesan saya kepada beliau seperti itu. Beliau sangat menghormati juniornya meski terkadang kita berseberangan,”ujar Aweng.

Menurutnya, kalaupun selama ini antara organisasi yang dipimpinnya dan organisasi yang dibesarkan Olo Panggabean kerap terjadi bentrok, merupakan hal yang lumrah dalam persaingan organisasi yang bergerak di bidang dan di wilayah yang sama.

“Tetapi kami tetap menganggap beliau sebagai senior. Karena sampai detik kepergiannya, beliau belum pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PP,”kata

Aweng berharap, pengganti Olo Panggabean nantinya dapat bersama-sama meneruskan yang dicita-citakan Olo Panggabean. “Cita-cita beliau seingat saya adalah bagaimana memperjuangkan masalah “perut” anggota. Untuk itu mari duduk bersama dalam mengkaryakan anggota,”kata Aweng. Selamat Jalan Ketua…[SP/Henry Sitinjak] (Jumat, 1 Mei 2009)

0 Response to "Olo Panggabean Sang Dermawan Itu Telah Berpulang"

Posting Komentar