Gereja Harus Responsif Hadapi Kemerosotan Moral

[JAMBI] Gereja-gereja di Indonesia harus semakin responsif menghadapi kemerosotan nilai-nilai moral akibat cepatnya perubahan sosial di tengah gempuran informasi global. Gereja-gereja harus meningkatkan pembinaan terhadap warga jemaatnya agar tidak semakin banyak yang terjerumus pada gaya hidup sekuler, amoral dan berbagai penyakit sosial.

Demikian dikatakan Pendeta Resort Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Pekanbaru, Riau, Pdt John Harapan Purba STh pada ceramah bertajuk Ketangguhan Keluarga Kristen Menghadapi Tantangan Zaman di GKPS Jambi, Sabtu (28/3). Ceramah yang diikuti sekitar 50 orang majelis jemaat tersebut digelar dalam rangka Synode (rapat) Resort GKPS se-Provinsi Jambi.

Menurut John Harapan Purba, banjir informasi global yang tidak terbendung semakin melunturkan penghargaan masyarakat terhadap nilai-nilai moral, termasuk di tengah generasi muda dan keluarga Kristen. Gejala tersebut nampak dari perilaku hidup umat Kristen Indonesia saat ini.

Dikatakan, keluarga Kristen di Indonesia saat ini semakin banyak yang melanggar nilai-nilai moral dan kesakralan ikatan keluarga. Hal ini nampak dari meningkatnya kasus perselingkuhan di tengah keluarga Kristen. Kemudian pergaulan bebas yang menyebabkan meningkatnya penderita HIV/AIDS juga telah merasuk ke tengah kehidupan keluarga Kristen.

“Kekaraban di tengah keluarga Kristen pun cenderung semakin merosot, sehingga kenakalan anak dan kekacauan keluarga (broken home) meningkat. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang di kalangan generasi muda Kristen semakin banyak terjadi. Kemudian penyakit sosial juga semakin merasuk ke kehidupan keluarga Kristen,”katanya.

Menurut John Harapan Purba, banyaknya keluarga Kristen yang terjerumus pada berbagai penyakit sosial tersebut akibat kurangnya kepedulian gereja mempersiapkan warganya menghadapi perubahan sosial. Kondisi demikian menyebabkan warga gereja tidak mampu memetik manfaat dari perubahan sosial tersebut untuk kesejahteraan hidup mereka. Justru keluarga Kristen banyak terhanyut pada dampak negatif perubahan sosial tersebut.

Keluarga Terpecah

John Harapan Purba mengatakan, kesulitan ekonomi juga menjadi persoalan pelik bagi keluarga Kristen di Tanah Air saat ini. Kemiskinan mengakibatkan banyak keluarga tidak mampu mempertahankan keutuhan. Keluarga terpaksa terpecah karena suami atau isteri menjadi tenaga kerja di perantauan atau di luar negeri.

Krisis global juga turut memperparah problema keluarga Kristen. Pengangguran meningkat akibat korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Persoalan ini juga menjadi tantangan yang sulit dihadapi keluarga Kristen.

John Harapan Purba mengatakan, guna meningkatkanketangguhan keluarga Kristen menghadapi berbagai dampak negatif perubahan sosial tersebut, GKPS mencanangkan tahun 2009 menjadi tahun teluarga. Seluruh kegiatan di GKPS selama tahun ini difokuskan untuk pembinaan keluarga. Baik pembinaan rohani, sosial, budaya dan ekonomi.

“Program ini kita tempuh karena keluarga merupakan tempat yang pertama dan paling utama bagi anak-anak dalam penanaman nilai-nilai, moralitas, spiritualitas dan peningkatan kesejahteraan. Seluruh keluarga GKPS kita harapkan melaksanakan program pembangunan keluarga ini,”katanya.

Dijelaskan, GKPS yang berpusat di Kota Pematangsiantar, Simalungun, Sumatera Utara memiliki jumlah warga saat ini sekitar 49.427 kepala keluarga (211.383 jiwa). Warga GKPS tersebut tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali .

Sebagian besar warga GKPS di Sumatera berada di daerah pedesaan dan bekerja sebagai petani. Sedangkan warga GKPS di perkotaan sebagian besar bekerja sebagai pegawai negeri, swasta dan buruh. [141]

0 Response to "Gereja Harus Responsif Hadapi Kemerosotan Moral"

Posting Komentar